Isi laporan terdiri atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.
1. Bagian Pendahuluan
a. Judul
b. Kata Pengantar
c. Daftar Isi
2. Bagian Isi
a. Pendahuluan
b. Bahan dan Metode
c. Hasil Kegiatan
d. Pembahasan
3. Bagian Penutup
a. Daftar Pustaka
b. Lampiran
Berikut ini adalah beberapa langkah penulisan laporan ilmiah yang patut diperhatikan:
1) Tuliskan outline secara sederhana dengan mengatur topik-topik dalam urutan yang logis, konsisten, dan sistematis.
2) Kembangkan outline tersebut dengan cara memberikan judul, subjudul, bagian, dan subbagian.
3) Tuliskan hal yang akan diuraikan pada setiap judul, subjudul, bagian, dan subbagian.
4) Cantumkan pada setiap judul, subjudul, bagian, dan subbagian beberapa tabel, grafik, gambar, atau analisis statistik yang dapat melengkapi argumentasi dalam bahasan.
5) Penulisan laporan mengacu pada outline yang sudah dilengkapi dengan tabel, grafik, gambar, atau analisis statistik lain.
6) Pada awal menulis, jangan terlalu memperhatikan gaya bahasa yang digunakan karena penulis harus langsung menuju sasaran untuk menyelesaikan draft pertama dari laporan lengkap.
7) Gaya bahasa, sebaiknya, diperbaiki setelah draft pertama dari laporan lengkap selesai ditulis, dengan memerhatikan:
· konsistensi dan kesinambungan materi
· menghilangkan pengulangan makna kalimat agar kalimat menjadi jelas dan tulisan menjadi ringkas dan
· memperhatikan cara penulisan rujukan.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan saat penulisan rujukan atau daftar pustaka.
Laporan ilmiah, biasanya, dilengkapi dengan daftar pustaka. Daftar pustaka berisi daftar buku-buku atau referensi yang dijadikan rujukan dalam laporan ilmiah.
Berikut cara penulisan daftar pustaka.
1) Nama penulis dalam daftar pustaka dituliskan secara terbalik.
Artinya, nama belakang ditulis di awal. Lalu, diikuti nama depannya. Cara penulisan ini berlaku secara internasional, tanpa mengenal tradisi dan kebangsaan.
Contoh:
Mochtar Lubis ditulis Lubis, Mochtar.
Djago Tarigan ditulis Tarigan, Djago.
2) Jika sumber buku tersebut ditulis oleh dua orang, nama pengarang dituliskan semuanya, tetapi nama yang penulisannya dibalikkan hanya nama penulis yang pertama.
Contoh:
Sofia, Adib dan Sugihastuti. 2003. Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang. Bandung: Katarsis.
3) Jika sumber buku tersebut ditulis oleh lebih dari dua orang, yang ditulis hanya nama penulis pertama dan diikuti dengan et all. (et allii = dan lain-lain) atau dan kawan-kawan (dkk.).
Contoh:
Elias, Maurice J. (dkk.) 2002. Cara-Cara Efektif Mengasah EQ Remaja. Bandung: Kaifa.
4) Penulisan judul buku digarisbawahi atau dicetak miring.
5) Urutan penulisan daftar pustaka disusun berdasarkan abjad penulis setelah nama penulis dibalik. Dalam daftar pustaka, tidak perlu digunakan nomor urut.
6) Baris pertama diketik mulai ketukan pertama dari batas tepi margin dan baris berikutnya diketik mulai ketukan kelima atau satu tab dalam komputer.
7) Jarak antara baris pertama dengan baris berikutnya yang merupakan kelanjutannya adalah spasi rapat. Jarak antara sumber satu dengan sumber lainnya adalah spasi ganda.
Contoh:
Sofia, Adib dan Sugihastuti. 2003. Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang. Bandung: Katarsis.
Elias, Maurice J. (dkk.) 2002. Cara-Cara Efektif Mengasah EQ Remaja. Bandung: Kaifa.
Berdasarkan penjelasan tersebut, unsur-unsur dalam Daftar Pustaka dapat kita gambarkan seperti berikut:
Nama Penulis (dibalik). Tahun terbit. Judul buku. Kota terbit: Penerbit.
Selain memperhatikan bagian-bagiannya, perhatikan pula penggunaan
tanda baca. Selain buku, artikel surat kabar, makalah, dan skripsi
atau tesis pun sering dijadikan sumber rujukan karya tulis.
Berikut cara penulisannya dalam Daftar Pustaka :
1) Sumber berupa artikel surat kabar
Cara penulisannya:
Kusmayadi, Ismail. 2007. “Optimistis Menghadapi Ujian
Nasional”. Pikiran Rakyat (18 April 2007).
2) Sumber berupa makalah
Cara Penulisannya:
Harjasudana, Ahmad Slamet. 1999. “Kondisi Kebahasaan dan Pendidikan Bahasa Dikaitkan dengan Pengembangan Kompetensi Komunikatif”. Makalah seminar, UPI Bandung.
3) Sumber berupa skripsi atau tesis
Cara penulisannya:
Rahmawati, Eva. 2007. Pelajaran Membaca Cepat dengan Teknik Browsing (Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Handayani 2 Tahun Pelajaran 2006/2007). Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sekarang, sumber informasi sudah semakin canggih dan lengkap.Teknologi internet telah menyediakan beragam informasi yang mudah untuk diakses. Bagaimana kita menuliskan sumber dari internet di dalam Daftar Pustaka? Berikut cara penulisannya:
1) Jika karya perorangan, cara penulisannya:
Pengarang/penyunting. Tahun. Judul (edisi). [jenis medium].
Tersedia: alamat di internet. [tanggal akses].
Contoh:
Thompson, A. 1998. The Adult and the Curriculum. [Online].
[30 Maret 2000].
2) Jika artikel dalam surat kabar, cara penulisannya:
Pengarang. (tahun, tanggal, bulan). Judul. Nama surat kabar [jenis media], jumlah halaman. Tersedia: alamat internet [tanggal akses].
Contoh:
Cipto, B. (2000, 27 April). “Akibat Perombakan Kabinet Berulang, Fondasi Reformasi Bisa Runtuh”. Pikiran Rakyat [Online], halaman 8.
Friday, June 27, 2014
Guna Rancangan Usulan Penelitian
Suatu penelitian itu mungkin bermaksud dan bertujuan untuk memperoleh data informasi dan kemudian untuk bahan menulis. Misalnya
a. Skripsi
b. Makalah untuk seminar, simposium, dan pertemuan ilmiah lainnya
c. Karangan ilmiah
d. Tesis magister/disertasi doktor
e. Laporan proyek
Bobot dan mutu akademis karangan ilmiah hasil penelitian itu dapat dikaji dan dinilai dari 6 aspek
Aktualitas masalah
Masalah yang diformulasikan haruslah masalah yang masih hangat diperbincangkan/upto date dan banyak mencari perhatian para ahli untuk dicari jawabannya serta juga harus nyata adanya
Relevansi manfaat praktis
Jawaban masalah yang dikemukakan bernilai prakktis, sehingga hasil penelitian bedaya guna serta menjangkau masyarakat luas. Kesimpulan- kesimpulan yang ditarik harus mantap dan saran-sarannya menarik perhatian dan beralasan kuat
Metodologi penelitian akurat
bObot mutu akademis karya tulis hasil penelitian itu ditentukan juga oleh adekuasi rancangan penelitian, instrumentasi dan pengukuran, metodologi penulisannya juga ikut menentukan bobot nilai/ mtu akademis karya tulis ilmiah
Orisinalitas penelitian
Penelitian disebut orisinal bila bahan dan atau metode yang digunakan belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, setidak-tidaknya menurut jangkauan informasi yang tersedia. Dengan kata lain walaupun bahan sama tetapi metodenya beda, maka penelitian itu dianggap penelitian orisinal dan juga sebaliknya jika bahan beda tapi metode sama itu juga digolongkan penelitian orisinal
Sumbangan terhadap ilmu pengetahuan
Penelitian yang bersipat integratif dan konprehensif yaitu penelitian yang hasilnya merupakan kebulatan dan menyeluruh
Sistematika penyusunan karya tulis
Ketajaman logika (way of thinking) dan urutan serta kaitan logika (flow of thought) ini mengarahkan sistematika dan jelasnya pokok persoalan dalam karya tulis, apabila materi yang terkumpul dikomunikasikan secara konsisten dengan menjaga relevansi setiap aspek, sedemikian sehingga kalimat yang satu berhubungan dean berkaitan maka komunikasi yang dibuat akan lebih epektiif
rancangan usulan penelitian adalah langkah yang paling awal dalam proses penyusunan penelitian. Usulan penelitian adalah langkah berikutnya, dan makalah adalah hasil akhirnya.
Rancangan usulan penelitian ini memberi gambaran secara menyeluruh tentang pokok masalah yang hendak diteliti, teori dan konsep serta data yang dipakai untuk melakukan penelitian; cara penelitian dilakukan dan hasil yang diharapkan akan dicapai. Rancangan usulan penelitian ini dipakai untuk menilai apakah seorang itu bisa mulai melakukan penelitian secara mandiri.
RANCANGAN USULAN PENELITIAN Terdiri Dari 3 Bagian Pokok
Rancangan usulan penelitian sekurang-kurangnya memuat unsur-unsur pokok sebagai berikut :
Bagian Awal
Judul penelitian yang direncanakan akan dilakukan.
Ditulis dengan huruf kapital, judul harus “ekspressif”, singkat tetapi informatif, yaitu menunjukkan dengan tepat masalah yang akan diteliti, dibawah judul ditulis kalimat “rancangan usulan penelitian untuk……. (skripsi, tesis, laporan dll)
Identitas penyusun rancangan.
Diahului dengan kata oleh lalu ditulis nama peneliti, atau identitas lainnya yang dianggap penting
Tanggal pengajuan rancangan
Didahului dengan kalimat “ diajukan kepada ….., pada tanggal….
Bagian Utama
Bagian utama meliputi :
Perumusan masalah
Berisi tengtang penjelasan mengapa masalah yang dikemukan dalam judul dianggap menarik, penting, dan perlu di teliti. Dalam perumusan masalah perlu bukti bahwa masalah itu belum ada jawabannya atau pemecahannya(yang memuaskan) dalam perumusan masalah juga dikemukakan konteks masalah itu dengan permasalahan lain. Unsur pokok perumusan masalah ini sekurang-kurangnya harus memuat hal-hal sebagai berikut :
Penjelasan mengenai mengapa masalah yang dikemukakan dalam rancangan usulan penelitian untuk disertasi itu dipandang menarik, penting dan perlu diteliti.
Beberapa bukti bahwa masalah tersebut belum ada jawaban atau pemecahan yang memuaskan.
Letak masalah yang akan diteliti itu dalam konteks permasalahan yang lebih besar.
Tujuan dan kegunaan penelitian.
Secaa eksklusif dan spesifik harus diseebutkan maksud dan tujuan penelitian, kegunaan dan arti pentingnya hasil penelitian yang diharapkan.
Kerangka pemikiran teoritis.
Dalam bagian ini dikemukakan tengtang garis-garis besar pemikiran teoritis sedemikian sehingga jelas “pokok permasalahan”nya. Kerangka pemikiran yang logis itu dapat pula disusun berdasarkan hasil observasi lapangan atau dari pertemuan ilmiah
Hipotesis kerja
Tidak semua penelitian memiliki hipotesis tetapi jika penelitian itu ada hipotesis, maka hipotesis harus dirumuskan dengan tepat, singkat, jelas dalam kalimat berita atau “kalimat deklaratif”
Metode penelitian.
Dalam metode penelitian disebutkan beberapa maslah, yaitu :
Penentuan subjek penelitian, penentuan sampel yang akan dugunakan, penentuan ‘ sampling design’ yang akan dipakai, dan teknik pengambilan sampel
Metode pengumpulan data, alat pengukuran, dan cara pengukuran semuannya ditulis secara jelas
Bahan yang akan dipakai (bahan kimia, obat-obatan dan sebagainya) perlu disebutkan spesipikasinya dan pabrik yang mengeluarkan jika ada, bila bahan berupa hewan disebutkan ras, jenisnya dan asalnya dan sedemikian juga jika bahannya adalah tumbuhan
Dalam bagian ini perlu disebutkan alat perlengkapan untuk laboratoeium atau untuk lapangan yang aka dipakai
Teknik atau model analisis (statistik) yang akan dipakai dan perlu dijelaskan mengapa memakai metode statistik tersebut
Jika perlu disertakan rancangan untuk menerima atau menolak hipotesis dengan menggunakan hipotesis nihil
Jadwal penelitian.
Dalam bagian ini perlu pertimbangan kelayakannya, jadwal penelitian perlu dibagi-bagi berdasarkan tahap-tahap penelitian (hari, minggu, dan bulan) Jadwal penelitian dibuat secara cermat, dengan mempertimbangkan kelayakannya. Jadwal penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
Tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan.
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan masing-masing tahap, dinyatakan dalam satuan bulan.
Rincian kegiatan untuk tahap masing-masing.
III. Bagian Akhir
Daftar pustaka
Penulisan daftar pustaka didasarkan atas pustaka yang telah dijadikan sumber dalam penyusunan rancangan usulan penelitian. Tujuan utama penyajian daftar pustaka adalah memberi informasi mengenai bagaimana orang dapat dengan mudah menemukan sumber yang disebutkan dalam rancangan usulan penelitian. Hal-hal yang perlu disebutkan dalam daftar pustaka adalah seperti disebutkan dibawah ini :
Untuk buku :
Nama penulis
Untuk jurnal :
Untuk sumber pustaka lain dapat digunakan pedoman yang lazim.
Cara menulis pustaka dan artikel sesuai ketentuan yang berlaku.
Tahun penerbitan
Judul buku
editor
jilid ke-
nama penerbit
Tempat penerbitan.
halaman
Nama penulis
Tahun penerbitan
Judul tulisan
Nama jurnal
Jilid ( dan nomor )
Halaman.
Rencana anggaran
Berisi antara lain
Upah dan honorarium untuk semua staff
Peralataan, mencakup semua alat yang berguna selama penelitian dan dijelaskan alat-alat apa yang akan habis pakai serta dijelaskaan jumlah biaya yang diperlukan
Bahan habis pakai, termasuk kerrtas dan alat perkantoran yang akan habis pakai
Perjalan, mencakup biaya transportasi dan biaya hidup sehari-hari, biaya itu dirinci per hari
Biaya sewa (rent), mungkin dipelukan jika proyek berlangsung lama dan memerlukan sewa gedung dan peralatan yang harganya mahal
Pengeluaran tak terduga, yang mencakup biaya yang tidak termasuk dalam bagian di atas, misalnya biaya telepon, fotokopi, atau biaya pengeluaran tak terduga karena staff kecelakaan dan lain-lain, biaya ini biasanya tidak boleh lebih dari 10 % dari jumlah yang di atas
Daftar riwayat hidup penyusun rancangan.
Daftar riwayat hidup (bio-data, curriculum vitae) penyusun rancangan usulan penelitian memuat hal-hal sebagai berikut :
Nama lengkap dan derajat akademik
Tempat dan tanggal lahir
Pangkat dan jabatan
Riwayat pendidikan tinggi
Karya ilmiah
Pertemuan ilmiah yang dihadiri dan
Penghargaan ilmiah, bila ada.
IV. BAHAN DAN FORMAT
Bahan
Rancangan usulan penelitian untuk disertasi ditulis pada kertas HVS 80, ukuran A4, dengan mempergunakan warna hitam.
Tabel dan gambar, jika ada, disajikan pada kertas yang sama.
Penyajian Naskah
Pengetikan
Rancangan usulan penelitian untuk disertasi diketik dengan jarak 1,5 spasi.
Huruf yang digunakan huruf Times New Romans ukuran 12 point, 10 ketukan tiap inci.
Untuk seluruh naskah dipergunakan tipe huruf yang sama.
Lambang, huruf atau tanda yang tidak dapat dibuat dengan mesin tulis ditulis dengan rapi menggunakan tinta hitam. Kata asing ditulis dengan huruf Italic.
Huruf kursif diganti dengan huruf biasa dengan diberi garis dibawahnya.
Alenia baru diberi indensi (masuk) 5 ketukan.
Jarak Tepi
Ketikan terletak :
Dari tepi atas : 4 cm
Dari tepi bawah : 3 cm
Dari tepi kiri : 4 cm
Dari tepi kanan : 3 cm
Nomor Halaman
Halaman naskah rancangan usulan penelitian untuk disertasi dan rujukannya diberi nomor urut dengan angka Arab, dimulai dengan angka 1. Semua nomor halaman diketik dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 2,5 cm dari tepi atas.
Tabel dan Gambar
Tabel dan gambar diberi nomor dengan angka Arab.
Tabel harus diketik dengan menggunakan tipe huruf yang sama dengan yang digunakan untuk mengetik keseluruhan naskah. Dalam hal pengetikan dilakukan dengan mesin tulis IBM atau sejenisnya, harus dipergunakan kepala mesin tulis yang sama. Bila pengetikan tidak mungkin, seperti misalnya lambang, huruf Yunani, penulisan hendaklah dilakukan dengan menggunakan tinta hitam.
Berbagai Tingkatan Judul
Berbagai tingkatan judul ditulis dengan cara sebagai berikut :
Judul diketik dengan huruf kapital semua pada halaman baru dengan jarak 5 cm dari tepi atas dan dengan jarak yang seimbang dari tepi kiri dan kanan.
Sub judul huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital, diletakkan seimbang dari tepi kiri dan kanan dan diberi garis bawah.
Anak Sub judul ditulis mulai dari tepi sebelah kiri, huruf pertamanya diketik dengan huruf kapital dan diberi garis bawah.
Judul dalam tingkatan yang lebih rendah, ditulis seperti pada c, diikuti oleh kalimat berikutnya.
Rujukan dan Kutipan
Semua sumber pustaka yang dikutip (secara langsung atau tidak) dan dijadikan rujukan harus disebutkan. Cara menyebutkan sumber itu antara lain dengan menuliskan di dalam kurung : nama pengarang, tahun publikasi dan (kalau perlu) halaman yang dikutip atau yang dijadikan rujukan, kecuali kalau ada ketentuan lain menurut kebiasaan dalam suatu bidang ilmu tertentu. Jumlah halaman rancangan usulan penelitian berkisar antara 15 – 20 halaman
a. Skripsi
b. Makalah untuk seminar, simposium, dan pertemuan ilmiah lainnya
c. Karangan ilmiah
d. Tesis magister/disertasi doktor
e. Laporan proyek
Bobot dan mutu akademis karangan ilmiah hasil penelitian itu dapat dikaji dan dinilai dari 6 aspek
Aktualitas masalah
Masalah yang diformulasikan haruslah masalah yang masih hangat diperbincangkan/upto date dan banyak mencari perhatian para ahli untuk dicari jawabannya serta juga harus nyata adanya
Relevansi manfaat praktis
Jawaban masalah yang dikemukakan bernilai prakktis, sehingga hasil penelitian bedaya guna serta menjangkau masyarakat luas. Kesimpulan- kesimpulan yang ditarik harus mantap dan saran-sarannya menarik perhatian dan beralasan kuat
Metodologi penelitian akurat
bObot mutu akademis karya tulis hasil penelitian itu ditentukan juga oleh adekuasi rancangan penelitian, instrumentasi dan pengukuran, metodologi penulisannya juga ikut menentukan bobot nilai/ mtu akademis karya tulis ilmiah
Orisinalitas penelitian
Penelitian disebut orisinal bila bahan dan atau metode yang digunakan belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, setidak-tidaknya menurut jangkauan informasi yang tersedia. Dengan kata lain walaupun bahan sama tetapi metodenya beda, maka penelitian itu dianggap penelitian orisinal dan juga sebaliknya jika bahan beda tapi metode sama itu juga digolongkan penelitian orisinal
Sumbangan terhadap ilmu pengetahuan
Penelitian yang bersipat integratif dan konprehensif yaitu penelitian yang hasilnya merupakan kebulatan dan menyeluruh
Sistematika penyusunan karya tulis
Ketajaman logika (way of thinking) dan urutan serta kaitan logika (flow of thought) ini mengarahkan sistematika dan jelasnya pokok persoalan dalam karya tulis, apabila materi yang terkumpul dikomunikasikan secara konsisten dengan menjaga relevansi setiap aspek, sedemikian sehingga kalimat yang satu berhubungan dean berkaitan maka komunikasi yang dibuat akan lebih epektiif
rancangan usulan penelitian adalah langkah yang paling awal dalam proses penyusunan penelitian. Usulan penelitian adalah langkah berikutnya, dan makalah adalah hasil akhirnya.
Rancangan usulan penelitian ini memberi gambaran secara menyeluruh tentang pokok masalah yang hendak diteliti, teori dan konsep serta data yang dipakai untuk melakukan penelitian; cara penelitian dilakukan dan hasil yang diharapkan akan dicapai. Rancangan usulan penelitian ini dipakai untuk menilai apakah seorang itu bisa mulai melakukan penelitian secara mandiri.
RANCANGAN USULAN PENELITIAN Terdiri Dari 3 Bagian Pokok
Rancangan usulan penelitian sekurang-kurangnya memuat unsur-unsur pokok sebagai berikut :
Bagian Awal
Judul penelitian yang direncanakan akan dilakukan.
Ditulis dengan huruf kapital, judul harus “ekspressif”, singkat tetapi informatif, yaitu menunjukkan dengan tepat masalah yang akan diteliti, dibawah judul ditulis kalimat “rancangan usulan penelitian untuk……. (skripsi, tesis, laporan dll)
Identitas penyusun rancangan.
Diahului dengan kata oleh lalu ditulis nama peneliti, atau identitas lainnya yang dianggap penting
Tanggal pengajuan rancangan
Didahului dengan kalimat “ diajukan kepada ….., pada tanggal….
Bagian Utama
Bagian utama meliputi :
Perumusan masalah
Berisi tengtang penjelasan mengapa masalah yang dikemukan dalam judul dianggap menarik, penting, dan perlu di teliti. Dalam perumusan masalah perlu bukti bahwa masalah itu belum ada jawabannya atau pemecahannya(yang memuaskan) dalam perumusan masalah juga dikemukakan konteks masalah itu dengan permasalahan lain. Unsur pokok perumusan masalah ini sekurang-kurangnya harus memuat hal-hal sebagai berikut :
Penjelasan mengenai mengapa masalah yang dikemukakan dalam rancangan usulan penelitian untuk disertasi itu dipandang menarik, penting dan perlu diteliti.
Beberapa bukti bahwa masalah tersebut belum ada jawaban atau pemecahan yang memuaskan.
Letak masalah yang akan diteliti itu dalam konteks permasalahan yang lebih besar.
Tujuan dan kegunaan penelitian.
Secaa eksklusif dan spesifik harus diseebutkan maksud dan tujuan penelitian, kegunaan dan arti pentingnya hasil penelitian yang diharapkan.
Kerangka pemikiran teoritis.
Dalam bagian ini dikemukakan tengtang garis-garis besar pemikiran teoritis sedemikian sehingga jelas “pokok permasalahan”nya. Kerangka pemikiran yang logis itu dapat pula disusun berdasarkan hasil observasi lapangan atau dari pertemuan ilmiah
Hipotesis kerja
Tidak semua penelitian memiliki hipotesis tetapi jika penelitian itu ada hipotesis, maka hipotesis harus dirumuskan dengan tepat, singkat, jelas dalam kalimat berita atau “kalimat deklaratif”
Metode penelitian.
Dalam metode penelitian disebutkan beberapa maslah, yaitu :
Penentuan subjek penelitian, penentuan sampel yang akan dugunakan, penentuan ‘ sampling design’ yang akan dipakai, dan teknik pengambilan sampel
Metode pengumpulan data, alat pengukuran, dan cara pengukuran semuannya ditulis secara jelas
Bahan yang akan dipakai (bahan kimia, obat-obatan dan sebagainya) perlu disebutkan spesipikasinya dan pabrik yang mengeluarkan jika ada, bila bahan berupa hewan disebutkan ras, jenisnya dan asalnya dan sedemikian juga jika bahannya adalah tumbuhan
Dalam bagian ini perlu disebutkan alat perlengkapan untuk laboratoeium atau untuk lapangan yang aka dipakai
Teknik atau model analisis (statistik) yang akan dipakai dan perlu dijelaskan mengapa memakai metode statistik tersebut
Jika perlu disertakan rancangan untuk menerima atau menolak hipotesis dengan menggunakan hipotesis nihil
Jadwal penelitian.
Dalam bagian ini perlu pertimbangan kelayakannya, jadwal penelitian perlu dibagi-bagi berdasarkan tahap-tahap penelitian (hari, minggu, dan bulan) Jadwal penelitian dibuat secara cermat, dengan mempertimbangkan kelayakannya. Jadwal penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
Tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan.
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan masing-masing tahap, dinyatakan dalam satuan bulan.
Rincian kegiatan untuk tahap masing-masing.
III. Bagian Akhir
Daftar pustaka
Penulisan daftar pustaka didasarkan atas pustaka yang telah dijadikan sumber dalam penyusunan rancangan usulan penelitian. Tujuan utama penyajian daftar pustaka adalah memberi informasi mengenai bagaimana orang dapat dengan mudah menemukan sumber yang disebutkan dalam rancangan usulan penelitian. Hal-hal yang perlu disebutkan dalam daftar pustaka adalah seperti disebutkan dibawah ini :
Untuk buku :
Nama penulis
Untuk jurnal :
Untuk sumber pustaka lain dapat digunakan pedoman yang lazim.
Cara menulis pustaka dan artikel sesuai ketentuan yang berlaku.
Tahun penerbitan
Judul buku
editor
jilid ke-
nama penerbit
Tempat penerbitan.
halaman
Nama penulis
Tahun penerbitan
Judul tulisan
Nama jurnal
Jilid ( dan nomor )
Halaman.
Rencana anggaran
Berisi antara lain
Upah dan honorarium untuk semua staff
Peralataan, mencakup semua alat yang berguna selama penelitian dan dijelaskan alat-alat apa yang akan habis pakai serta dijelaskaan jumlah biaya yang diperlukan
Bahan habis pakai, termasuk kerrtas dan alat perkantoran yang akan habis pakai
Perjalan, mencakup biaya transportasi dan biaya hidup sehari-hari, biaya itu dirinci per hari
Biaya sewa (rent), mungkin dipelukan jika proyek berlangsung lama dan memerlukan sewa gedung dan peralatan yang harganya mahal
Pengeluaran tak terduga, yang mencakup biaya yang tidak termasuk dalam bagian di atas, misalnya biaya telepon, fotokopi, atau biaya pengeluaran tak terduga karena staff kecelakaan dan lain-lain, biaya ini biasanya tidak boleh lebih dari 10 % dari jumlah yang di atas
Daftar riwayat hidup penyusun rancangan.
Daftar riwayat hidup (bio-data, curriculum vitae) penyusun rancangan usulan penelitian memuat hal-hal sebagai berikut :
Nama lengkap dan derajat akademik
Tempat dan tanggal lahir
Pangkat dan jabatan
Riwayat pendidikan tinggi
Karya ilmiah
Pertemuan ilmiah yang dihadiri dan
Penghargaan ilmiah, bila ada.
IV. BAHAN DAN FORMAT
Bahan
Rancangan usulan penelitian untuk disertasi ditulis pada kertas HVS 80, ukuran A4, dengan mempergunakan warna hitam.
Tabel dan gambar, jika ada, disajikan pada kertas yang sama.
Penyajian Naskah
Pengetikan
Rancangan usulan penelitian untuk disertasi diketik dengan jarak 1,5 spasi.
Huruf yang digunakan huruf Times New Romans ukuran 12 point, 10 ketukan tiap inci.
Untuk seluruh naskah dipergunakan tipe huruf yang sama.
Lambang, huruf atau tanda yang tidak dapat dibuat dengan mesin tulis ditulis dengan rapi menggunakan tinta hitam. Kata asing ditulis dengan huruf Italic.
Huruf kursif diganti dengan huruf biasa dengan diberi garis dibawahnya.
Alenia baru diberi indensi (masuk) 5 ketukan.
Jarak Tepi
Ketikan terletak :
Dari tepi atas : 4 cm
Dari tepi bawah : 3 cm
Dari tepi kiri : 4 cm
Dari tepi kanan : 3 cm
Nomor Halaman
Halaman naskah rancangan usulan penelitian untuk disertasi dan rujukannya diberi nomor urut dengan angka Arab, dimulai dengan angka 1. Semua nomor halaman diketik dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 2,5 cm dari tepi atas.
Tabel dan Gambar
Tabel dan gambar diberi nomor dengan angka Arab.
Tabel harus diketik dengan menggunakan tipe huruf yang sama dengan yang digunakan untuk mengetik keseluruhan naskah. Dalam hal pengetikan dilakukan dengan mesin tulis IBM atau sejenisnya, harus dipergunakan kepala mesin tulis yang sama. Bila pengetikan tidak mungkin, seperti misalnya lambang, huruf Yunani, penulisan hendaklah dilakukan dengan menggunakan tinta hitam.
Berbagai Tingkatan Judul
Berbagai tingkatan judul ditulis dengan cara sebagai berikut :
Judul diketik dengan huruf kapital semua pada halaman baru dengan jarak 5 cm dari tepi atas dan dengan jarak yang seimbang dari tepi kiri dan kanan.
Sub judul huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital, diletakkan seimbang dari tepi kiri dan kanan dan diberi garis bawah.
Anak Sub judul ditulis mulai dari tepi sebelah kiri, huruf pertamanya diketik dengan huruf kapital dan diberi garis bawah.
Judul dalam tingkatan yang lebih rendah, ditulis seperti pada c, diikuti oleh kalimat berikutnya.
Rujukan dan Kutipan
Semua sumber pustaka yang dikutip (secara langsung atau tidak) dan dijadikan rujukan harus disebutkan. Cara menyebutkan sumber itu antara lain dengan menuliskan di dalam kurung : nama pengarang, tahun publikasi dan (kalau perlu) halaman yang dikutip atau yang dijadikan rujukan, kecuali kalau ada ketentuan lain menurut kebiasaan dalam suatu bidang ilmu tertentu. Jumlah halaman rancangan usulan penelitian berkisar antara 15 – 20 halaman
Wednesday, April 30, 2014
Resensi Novel : Laskar Pelangi
Judul : Laskar Pelangi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Benteng, Yogyakarta
Tahun Terbit : 2008
Tebal : XVIII + 534 Halaman 20,5
Ini adalah kisah heroik kenangan 11 anak Belitong yang tergabung dalam "Laskar Pelangi": Syahdan, Lintang, Kucai, Samson, A Kiong, Sahara, Trapani, Harun, Mahar, Flo dan sang penutur cerita – Ikal. Andrea Hirata, yang tak lain adalah Ikal, dengan cerdas mengajak pembaca mengikuti tamasya nostalgia masa kanak-kanak di pedalaman Belitong yang berada dalam kehidupan kontras: kaya dengan tambang timah, tapi rakyatnya tetap miskin dalam kesehariannya.
Ini adalah cerita tentang semangat juang menyala-nyala dari anak-anak kampung Belitong untuk mengubah nasib melalui sekolah, yang harus mereka dapat dengan terengah-engah. Sebagian besar orang tua mereka lebih suka melihat anak-anaknya bekerja membantu orang tua di ladang, atau bekerja menjadi buruh kasar di PN Timah, daripada sekolah yang tak jelas masa depannya.
Derita sekolah itu tergambar jelas ketika SD Muhammadiyah di kampung miskin itu terancam tutup kalau murid baru sekolah itu tidak mencapai 10 orang. kesebelas anak itulah yang telah menyelamatkan masa depan suar pendidikan yang hampir redup digilas ekonomi.
Kesebalas anak itu memiliki keunikan masing-masing. Diantara 11 anak Laskar Pelangi itu, Lintang dan Mahar adalah 2 diantara yang paling menonjol. Lintang jenius dalam bidang eksakta, Mahar ahli di bidang seni budaya. Mereka seolah mewakili otak kanan dan otak kiri manusia. Lintang memiliki semangat juang yang tiada tara dalam belajar. Dia rela menempuh perjalanan dengan kereta angin sejauh 80 km pergi pulang demi dapat memuaskan dahaga ilmu pegetahuan. Saking semangatnya hingga akan tercium karet terbakar dari sepatunya yang aus digerus pedal sepeda. Jika ada aral melintang di jalan dan terlambat sampai sekolah, tiada masalah baginya, asal dapat menyanyikan lagu "Padamu Negeri" pada akhir jam pelajaran.
Novel Laskar Pelangi penuh dengan taburan wawasan yang luas bak samudra dari penulisnya yang paham betul tentang ilmu eksakta, seni budaya, dan humaniora. Kita akan dibuat tersenyum geli dari humor kecil yang dilontarkannya, terharu dan bahkan menangis ketika membaca kisah heroik kesebelas anak Laskar Pelangi.
Filicium adalah pohon yang menjadi saksi seluruh drama kehidupan Laskar Pelangi. Pohon itu menaungi sekolah mereka yang hampir roboh. Pohon itu menjadi markas setiap pertemuan mereka: membicarakan soal-soal di sekolah, merancang karya untuk festival 17 Agustus, atau tempat Lintang memberi kuliah tentang ilmu fisika. Pohon itu pulalah yang menjadi saksi kerinduan Ikal pada gadis manis keturunan cina, anak pemillik toko Sinar Harapan yang memiliki jari lentik dan kuku cantik.
Anak-anak Laskar Pelangi itu hidup dalam kebahagiaan masa kecil dan menyimpan mimpi masing-masing untuk hari esok. Tapi siapa yang sanggup melawan sang nasib? Dua belas tahun kemudian, Ikal menyaksikan perubahan nasib teman-temannya yang sungguh diluar dugaan. Sang nasib sungguh menjadi sebuah misteri yang maha gelap. Anak-anak Laskar Pelangi itu boleh punya cita-cita setinggi langit, tapi nasib jualah yang menentukan episode kehidupan mereka selanjutnya. Sang nasib bisa jadi adalah ketiadaan kepedulian pemerintah akan bibit-bibit unggul mutiara anak bangsa yang harus terhempas oleh himpitan ekonomi. Mereka adalah anak-anak harapan bangsa yang terpaksa harus tunduk oleh gilasan nasib yang semestinya bisa diupayakan oleh pemerintah yang punya amanah dan kuasa untuk memajukan pendidikan.
Lintang, sang jenius itu misalnya kini harus terpuruk jadi sopir tronton karena harus menjadi tulang punggung keluarga, menjadi pengganti ayahnya. Tapi Lintang punya jawaban, " jangan sedih Ikal, paling tidak aku telah memenuhi harapan ayahku agar tidak jadi nelayan…." Bagi Ikal, kata-kata itu semakin menghancurkan hatinya, ia marah, kecewa pada kenyataan begitu banyak anak pintar yang harus berhenti sekolah karena alasan ekonomi. Ia mengutuki orang-orang bodoh sok pintar yang menyombongkan diri, dan anak-anak orang kaya yang menyia-nyiakan kesempatan pendidikan.
Keunggulan Novel
Kekuatan novel ini terletak pada sentilan humaniora tentang pentingnya pendidikan sekolah dan sekaligus kuatnya moral agama. Novel ini wajib baca bagi generasi muda yang terlena dengan gelimang kemudahan ekonomi dan tak lagi kenal jerih payah untuk menggapai masa depan. Novel ini juga wajib baca bagi para pendidik, bagi pemerintah yang selalu alpa pada pentingnya pendidikan. Buah dari kealpaan itu diantaranya adalah, kini kita menjadi bangsa yang sering menjadi bahan olok-olok oleh bangsa lain, karena kita rajin mencetak manusia yang tak punya kualitas.
Dapat menjadi cerminan pembaca agar dapat mengambil contoh betapa pentingnya pendidikan untuk meraih cita-cita
Dapat memicu pembaca agar tetap semangat dan berjuang untuk meraih prestasi guna memajukan bangsa agar lebih baik.
Terdapat nilai yang patut untuk dicontoh agar menjadi lebih baik dari yang sebelumnya
Memberitahukan kepada kita bahwa guru benar-benar seorang pahlawan yang tanpa tanda jasa demi mencerdaskan anak didiknya dan selalu memberikan yang terbaik.
Kelemahan Novel
Kelemahan novel ini, menurut saya, hanya terletak pada cara mengakhiri cerita. Semestinya, novel ini sudah ditutup pada bab 33: Anarkonisme, yang menceritakan kejatuhan Babel (Bangka Belitung) yang dulu bergelimbang Timah. Bab 34: Gotik, menurut saya menjadi ekor cerita yang membingungkan. Karena penutur "Aku" secara tiba-tiba menjadi orang lain, dan bukan lagi Ikal. Bab 34 ini menjadi sebuah kemubaziran. Sama persis seperti seorang pelukis yang seharusnya berhenti menguaskan catnya pada bidang lukis yang sudah sempurna, tapi kemudian menjadi berantakan karena sebuah goresan yang tidak perlu.
Kata-kata yang digunakan kurang menunjukan bahwa tokoh adalah seorang anak, yang seharusnya tiak melakukan kewajibannya untuk membantu pamannya.
Mengapa tokoh ikal di dalam cerita tidak berkesinambungan dengan isi novel yang lainnya. Seharusnya bisa digunakan nama yang lainnya.
Kesimpulan
Dari novel yang di buat oleh Andre Hirata ini, saya dapat mengambil beberapa pelajaran hidup yang penting, salah satunya kita harus benar-benar menghargai hidup, menghargai semua pemberian Tuhan, tidak pantang menyerah bila menginginkan sesuatu, dan tidak ada yang tidak mungkin asalkan kita mau dan berusaha. Dan satu lagi, pintar tidak menjamin kita untuk selalu sukses, seperti cerita pada tokoh lintang, dia anak yang pintar, namun diakhir cerita dia menjadi seorang supir truk, disini saya dapat mengambil kesimpulan, bahwa semua kehidupan manusia sudah ada yang mengaturnya, yaitu Tuhan. Semua yang kita kerjakan tidak lepas dari campur tangan Tuhan.
Deskripsi John Frusciante
John Anthony Frusciante dilahirkan pada 5 maret 1970 di Queens, New York dari keluarga berlatar belakang musik. Bapaknya ( John Frusciante.Sr) adalah seorang hakim yang dulunya pernah belajar piano di Juilliard dan ibunya seorang penyanyi berbakat. Ia belajar gitar pertama kali pada umur 6 tahun dengan lagu "Stairway to Heaven - Led Zeppelin', dan berhenti bermain karena tidak ada yang bisa mengajarkanya solo-part lagu itu. Setelah itu ia berkembang dengan musik2 skate dan punk rock masa itu seperti Fear , Sex Pistol. Stratocaster pertamanya didapatkan dengan mengulik satu album Sex Pistol untuk menunjukan dedikasinya terhadap musik pada orang tuanya. Pada usia 9 tahun , John menciptakan lagu pertamanya," Fuck You to Jose". Pada usia 11 tahun dia mulai mempelajari gitar artis2 seperti Jimi Hendrix, Jeff Beck, dan Jimmy Page. Setelah kenyang dengan pentatonik, John mulai mempelajari lagu2 Frank Zappa.
John pertama melihat konser RHCP pada umur 15 tahun dan langsung jatuh cinta pada musik RHCP dan menjadi penggemar Hillel Slovak, gitaris RHCP saat itu. Kegemaranya pada RHCP-lah yang menghantarkan dia pada nasib masa depanya. Setelah mengikuti audisi gitaris Frank Zappa, dimana dia tidak bermain dan memutuskan untuk pulang, John mulai jamming dengan DH. Pelligro ,drummer yang sering jamming dengan Flea RHCP dan akhirnya nasib mempertemukan John Frusciante dan Flea. Permainan John dan pengetahuanya tentang lagu-lagu RHCP membuat Flea merasa cocok. Dan posisi gitaris dan drumer RHCP yang kosong saat itu setelah ditinggal Hilel Slovak yang OD dan Jack Irons yang depresi membuat Flea membawa Pelligro dan John masuk ke RHCP( Pelligro kemudian digantikan oleh Chad Smith). Dan dimulailah karir gemilang John Frusciante bersama Red Hot Chili Peppers.
John menelurkan dua album bersama RHCP ; Mothers Milk,1989 dan Blood Sugar Sex Magic, 1991, album inilah yang mengangkat nama dan permainan John Frusciante ke dunia. Dan seiring popularitas yang mulai menghampiri, john menjadi semakin tidak nyaman dengan RHCP, depresi dan akhirnya memutuskan keluar dari band pada 7 mei 1992.
Tahun-tahun sesudah John keluar dari RHCP merupakan periode gelap dalam hidup John . Dimana dia menderita depresi dan memakai obat2an terlarang dalam jumlah besar sebagai penawar depresinya. "I was very sad, and I was always happy when I was on drugs; therefore, I should be on drugs all the time. I was never guiltyI was always really proud to be an addict."
Dalam masa-masa ini ia hampir tidak pernah bermain gitar, ia banyak melukis dan menulis. Flea masih kerap mengunjunginya untuk membangkitkan gairah bermusiknya namun john telah kelihalngan gairah. Pemakain obat2an telarangnya pun semakin menjadi2 dan kecanduanya menjadi semakin . Ia bahkan membakar rumahnya yang menghabisakan sebagian besar karya2 sendirinya (rekaman, tulisan, dll). Meskipun begitu periode ini juga menghasilkan 2 album solo John (Niandra Lades and Usually Just a T-Shirt-1994 dan Smile From The Street You Hold-1997,album kedua ditarik dari pasaran karena John mengakui bahwa penjualanya hanya untuk menutupi uang untuk membeli drugs). Berikut beberapa dokumentasi dari masa-masa kecanduan John. Film pendek Stuff yang dibuat oleh Johnny Depp dan Gibby Haynes, serta scene wawancara yang dkenal dengan V-Pro interview 1994.
Di tahun 1997 John muncul kembali di depan umum dan pada 1998 mulai melakukan program Rehabilitasi. Kembali dari rehabilisi ia dipenuhi spirit , attitude dan visi bermusik yang baru , ia siap menghasilkan karya2 indah lagi dan "kebetulan" pada saat itu RHCP berada di ambang perpecahan dengan dipecatnya gitaris Dave Navarro. Flea yang melihat hal ini melihat satu2nya jalan untuk mempertahankan RHCP dengan mengajak John kembali ke band. Dan kembalinya John berbuah manis album Californication (1999), yang kembali mengangkat nama RHCP.
John dan RHCP melanjutkan karya2 dan terus menelurkan beberapa album platinum sebelum RHCP memutuskan untuk hiatus pada 2007 yaitu,; By The Way (2002), Stadium Arcadium (2006). Sementara itu john juga terus melanjutkan kerja solonya dan memulai bebrapa proyek sampingan. Proyek Ataxia bersama Josh Klinghoffer ( gitaris RHCP sekarang) dan Joe Lally ( Fugazi) menghasilkan 2 album ; Authoimatic Writing (2004) dan AW II ( 2007). Selain itu John juga mengisi gitar pada album The Mars Volta.Yang terbaru do'i sedang ada proyekan dengan gebetanya Nicole Turley yang dinamai Swahili Blonde. Kabar menyedihkan datang pada desember 2009 dimana John mengklarifikasi hengkangnya dari RHCP lewat myspacenya.
Setelah memtuskan hengkang dari RHCP, John melanjutkan karir musiknya dengan mengeluarkan beberapa solo album diantaranya: The Empreyan (2009) Letur lefr (2012) PBX Funicular Intaglio (2012) Wayne (Single, 2013) dan yang terbaru adalah Enclosure (2014). Dalam menunjang permainan musiknya, John menggunakan beberapa jenis guitar diantaranya: Fender Stratocaster Funburst, Fender Telecaster Funburst, Fender Stratocaster Olympic White, Gibson Les Paul Custom Black dan masih banyak yang lainnya.
Bonus
Ciri-ciri Karya Ilmiah
Menurut sifatnya, karangan ilmu pengetahuan itu dapat dibedakan menjadi dua:
a. Karangan ilmiah
karngan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyejikan fakta umum dan ditulis menurut metodelogi penulisan yang benar. Karangan ilmiah ditulis dengan bahasa yang konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan didukung fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.
b. Karangan non-ilmiah
Karangan non-ilmiah bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum.Karangan non-ilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal
Apa pun jenis karya ilmiah yang ditulis oleh ilmuwan atau akademisi. Karya Ilmiah harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
Objektif. Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga, setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek kebenaran dan keabsahanya.
Netral. Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat ‘mengajak’, ‘membujuk’, atau ‘mempengaruhi’ pembaca dihindarkan.
Sistematis. Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
Logis. Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan). Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.
a. Karangan ilmiah
karngan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyejikan fakta umum dan ditulis menurut metodelogi penulisan yang benar. Karangan ilmiah ditulis dengan bahasa yang konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan didukung fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.
b. Karangan non-ilmiah
Karangan non-ilmiah bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum.Karangan non-ilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal
Apa pun jenis karya ilmiah yang ditulis oleh ilmuwan atau akademisi. Karya Ilmiah harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
Objektif. Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga, setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek kebenaran dan keabsahanya.
Netral. Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat ‘mengajak’, ‘membujuk’, atau ‘mempengaruhi’ pembaca dihindarkan.
Sistematis. Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
Logis. Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan). Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.
Saturday, March 29, 2014
Masa Depan
Indah matamu selalu ku ingat..
Hangat senyum mu selalu terngiang..
Belai jemari mu yang lembut terasa hangat..
Sehingga membuat diriku melayang..
Perempuanku, maukah kau menjadi milikku....
Menjadi jawaban dari akhir penantian panjangku....
Mengukir kenangan indah untuk masa depan.....
Menjaga kisah cinta abadi sampai ajal menjelang.....
Berpikir Induktif
Induksi
Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena – fenomena yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke proses penalaran induktif, maka proses penalaran itu juga disebut sebagai suatu corak berpikir yang ilmiah. Namun induksi sendiri tak akan banyak manfaatnya kalau tidak diikuti oleh proses berpikir yang kedua, yaitu deduksi.
Berpikir induktif merupakan suatu pemikiran yang bergerak dari premis spesifik ke konklusi umum atau generalisasi. Observasi dan pengalaman digunakan untuk mendukung generalisasi. Premisnya tidak menjadi dasar untuk kebenaran konklusi, tetapi memberikan sejumlah dukungan untuk konklusinya. Konklusi induktif jauh melampaui apa yang ada pada premisnya.
Setiap argumen induktif tidak dapat dikatakan sahih atau tidak sahih, tetapi lebih baik atau kurang baik, bergantung pada berapa tinggi derajat probabilitasnya (kebolehjadian) yang diberikan premis pada simpulannya. Semakin tinggi probabilitas simpulannya semakin baik argumen induktif yang bersangkutan, begitu pula sebaliknya, dan simpulannya tidak mungkin mengandung kepastian mutlak. Konklusi induktif tidak akan pernah terbukti benar kecuali bila meneliti semua premis khususnya.
Pengertian fenomena – fenomena individual sebagai landasan penalaran induktif harus diartikan pertama – tama sebagai data – data maupun sebagai pernyataan – pernyataan (proposisi – proposisi). Proses Penalaran yang induktif dapat dibedakan lagi atas bermacam – macam variasi yang berturut – turut akan dikemukakakan dalam bagian – bagian berikut yaitu:
Generalisasi
Hipotese dan Teori
Analogi
Hubungan Kausal
Induksi dalam Metode Eksposisi
Generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Tetapi sebagai sudah dikatakan diatas, proses berpikir yang induktif tidak ada banyak artinya kalau tidak diikuti proses berpikir yang deduktif. Sebab itu generalisasi hanya akan mempunyai makna yang penting, kalau kesimpulan yang diturunkan dari sejumlah fenomena tadi bukan saja mencakup semua fenomena itu, tetapi juga harus berlaku pada fenomena – fenomena lain yang sejenis yang belum diselidiki.
Bila kita berbicara mengenai data atau fakta dalam pengertian fenomena individual tadi, pikiran kita selalu terarah kepada pengertian mengenai sesuatu hal yang individual. Dalam kenyataannya data atau fakta yang dipergunakan itu sebenarnya merupakan generalisasi juga, yang tidak lain dari sebuah hasil penalaran yang induktif. Bila seorang berkata bahwa mobil adalah semacam kendaraan pengangkut, maka pengertian mobil dan kendaraan pengangkut merupakan hasil generalisasi juga. Dari bermacam – macam tipe kendaraan dengan cirri – cirri tertentu ia mendapatkan sebuah gagasan mengenai mobil, sedangkan dari bermacam – macam alat untuk mengangkut sesuatu lahirlah abstraksi yang lebih tinggi (= generalisasi lagi) mengenai kendaraan pengangkut. Contoh – contoh diatas menunjukan bahwa bila pada suatu waktu kita menghadapi suatu fenomena individual, kita segera menghubungkannya dengan pengalaman – pengalaman kita pada masa lampau. Semua pengalaman itu secara alamiah menciptakan dalam pikiran kita suatu generalisasi yang coba menghubungkan semua peristiwa itu melalui cirri – cirri yang menonjol.
Induksi dan juga generalisasi sebagai dikemukakan diatas sebenarnya mempunyai variasi yang beraneka ragam, sehingga penjelasan – penjelasan yang cermat kadang – kadang sukar dutampilkan. Tetapi mengenai generalisasi sendiri kita masih membedakan generalisasi yang berbentuk loncatan induktif, dan yang bukan loncatan induktif.
Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta – fakta tersebut atau proposisi – proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan. Dengan demikian loncatan induktif dapat diartikan sebagai loncatan dari sebagaian evidensi kepada suatu generalisasi yang jauh melampaui kemungkinan yang diberi oleh evidensi – evidensi itu. Generalisasi semacam ini mengandung kelemahan dan mudah ditolak kalau terdapat evidensi – evidensi yang bertentangan. Tetapi kalau sample yang dipergunakan itu secara kualitatif kuat kedudukannya, maka generalisasi semacam itu juga akan kuat dan sahih sifatnya, apalagi kalau bisa diperbanyak lagi fakta atau evidensi yang menunjang.
Bila ahli – ahli filologi eropa berdasarkan pengamatan mereka mengenai bahasa – bahasa indo – german kemudian menarik suatu kesimpulan bahwa di dunia terdapat 3.000 bahasa, maka ini merupakan suatu loncatan induktif. Bila berdasarkan beberapa pengalaman mengenai beberapa orang yang dijumpai, seorang mengambil suatu kesimpulan untuk mengatakan suku A masih sangat terkebelakang, maka hal ini juga merupakan contoh yang jelas mengenai loncatan induktif.
Tanpa Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi tidak mengandung loncatan induktif bila fakta-fakta yang diberikancukup banyak dan meyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Sebab itu, perbedaan antara generalisasi dengan loncatan induktif sebenarnya terletak dalam persoalan jumlah fenomena yang diperlukan. Tetapi dipihak lain, berapa banyak fenomena yang diperlukan untuk merumuskan sebuah generalisasi yang kuat, tidak dapat ditetapkan dengan pasti. Ada generalisasi yang sudah akan kuat bila mempergunakan beberapa fenomena saja. Tetapi ada juga kasus yang menunjukkan bahwa 100 fenomena, bahkan lebihpun, belum cukup untuk dijadikan landasan yang kuat untuk merumuskan sebuah generalisasi.
Sebenarnya generalisasi merupakan proses yang biasa dilakukan oleh setiap orang. Bagi orang kebanyakan, generalisasi itu tidak lain dari penambahan setengah sadar akan hal-hal yang umum berdasarkan pengalamannya dari hari ke hari. Bila suatu waktu ia mendapat hardikan dari atasannya karena membuat suatu kesalahan, maka belum ada suatu sikapyang timbul pada dirinya. Tetapi bila peristiwa semacam itu dialaminya berulang-ulang kali, dan juga dialami kawan-kawan lainnya, maka mau tidak mau akan timbul suatu generalisasi mengenai atasannya itu : Atasannya adalah seorang yang kejam. Arus baliknya akan menimbulkan suatu sikap : karena atasan ini seorang yang kejam, maka jangan membuat kesalahan yang kecil sekalipun, supaya tidak mendapat umpatan dan hardikan yang tidak perlu.
Karena generalisasi itu sering mendahului observasi atas sejumlah peristiwa yang cukup meyakinkan, maka perlu diadakan pengecekan atau evaluasi atas generalisasi tersebut. Pengujian atau evaluasi tersebut terdiri dari :
Harus diketahui apakah sudah cukup banyak jumlah peristiwa yang diselidiki sebagai dasar generalisasi tersebut (ciri kuantitatif).
Apakah peristiwa-peristiwa itu merupakan contoh yang baik (sampel yang baik; ciri kulitatifnya) bagi semua jenis peristiwa yang diselidiki ? dengan memilih peristiwa-peristiwa yang khusus, boleh dikatakan bahwa generalisasi itu akan kuat kedudukannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperhitungkan kekecualian-kekecualian yang tidak sejalan dengan generalisasi itu.
Perumusan generalisasi itu sendiri juga harus absah. Artinya apa yang dirumuskan itu benar-benar merupakan konsekuensinya logis dari data-data, fakta-fakta atauproposisi-proposisi yang telah dikumpulkan itu.
Hipotese dan Teori
Hipotesa adalah sebuah Informasi yang masih belum teruji kebenarannya, sedangkan Teori adalah sebuah fakta yang tepat dan bisa dipertanggung jawabkan.
Hipotese (hypo : di bawah, tithenai : menempatkan) adalah semacam teori yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta tertentu sebagai penunun untuk meneliti fakta lebih lanjut. Sebaliknya, teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara relative lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas – azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang – kurangnya data dipercaya untuk menerangkan fenomena – fenomena yang ada. Hipotese merupakan suatu dugan yang bersifat sementara mengenai sebab –sebab atau relasi antara fenomena – fenomena, sedangkan teori merupakan hipotese yang telah di uji dan yang dapat diterapkan pada fenomena – fenomena yang relevan atau sejenis.
Dengan demikian, walaupun hipotese merupakan cara yang baik untuk mempertalikan fakta –fakta tertentu, suatu waktu hipotese itu dapat ditolak karena fakta – fakta baru yang dijumpai bertentangan atau tidak lagi menunjang hipotese tadi. Sebab itu persoalan yang dihadapi adalah bagaimana merumuskan sebuah hipotese yang kuat. Untuk merumuskan sebuah hipotese yang baik perhatian beberapa ketentuan berikut :
Secara maksimal memperhitungkan semua evidensi yang ada; semakin banyak evidensi yang digunakan, semakin kuat hipotese yang diajukan (ciri kuantitatif).
Bila tidak ada alasan – alasan lain, maka antara dia hipotese yang tidak mungkin diturunkan, lebih baik memilih hipotese yang sederhana daripada yang rumit. Bila menghadapi seorang mahasiswa yang tidak lulus ujian ,apakah harus mengatakan bahwa ia tidak lulus karena tidak belajar dan tidak menguasai pelajarannya, atau karena para dosen menaruh sentiment terhadapnya sehingga member nilai yang menjatuhkannya?
Sebuah hipotese tidak pernah terpisah dari semua pengetahuan dan pengalaman manusia walaupun mungkin fakta – faktanya meyakinkan (prinsipkohorensi).
Hipotese bukan hanya menjelaskan fakta – fakta yang membentuknya, tetapi juga harus menjelaskan juga fakta – fakta lain sejenis yang belum di selidiki.
Hubungan hipotese dan teori
Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
AnalogiAnalogi atau kadang-kadang disebut juga analogi iduktif adalah suatu proses penalaranyang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hak akan berlaku pula untuk hal yang lain. Sebab itu sering timbul salah pengertian antara analogi induktif atau analogi logis sebagai yang dikemukakan di atas analogi deklaratif atau analogi penjelas yang termasuk dalam soal perbandingan. Analogi dilakukan karena sesuatu yang dibandingkan dengan pembandingnya memiliki kesmaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna.
Analogi yang dimaksud disini adalah analogi induktif atau analogi logis. Analogi induktif (kias) adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik ebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah sebuah kesamaan karakteristik diantara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan “apa yang berlaku pada suatu hal akan berlaku pula untuk hal lainnya” dengan demikian dasar kesimpulan yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensi yang berhubungan erat dari dua hal yang danalogikan.
Analogi induktif atau analogi logis sebagai suatu proses penalaran bertolak dari suatu kesamaan actual antara dua hal. Berdasarkan kesamaan aktual itu, penulis dapat menurunkan suatu kesimpulan bahwa karena kedua hal itu mengandung kemiripan dalam hal-hal yang penting, maka mereka akan sama pula dalam aspek-aspek yang kurang penting.
Sebagai ilustrasi mengenai analogi ini perhatikan contoh berikut.
Nina adalah tamatan Fakultas Ekonomi Universitas Omega. Ia telah memberikan prestasi yang luar biasa pada perusahaan Omikron, tempat ia bekerja. Ia telah mengajukan banyak usul mengenai cara pemecahan atas kesulitan-kesulitan yang dihadapi perusahaannya. Pada waktu penerimaan pegawai-pegawai baru, Direktur Perusahaan langsung menerima Tomi, karena Tomi adalah seorang alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Omega, seperti halnya Nina. Semua pelamar-pelamar lain diabaikan begitu saja. Menurut logika direktur, karena Tomi tamatan Fakultas ekonomi Universitas Omega, maka pasti ia memiliki juga kecerdasan dan kualitas yang sama atau sekurang-kurangnya sama dengan Nina.
Dalam hal ini ia tidak mengambil keputusan karena data-data yang mengungkapkan siapa itu Tomi, tetapi ia melihat bahwa Tomi berasal dari Fakultas Ekonomi Universitas Omega seperti halnya dengan Nina yang telah dikenalnya. Bahwa Universitas atau sekurang-kurangnya Fakultas yang dibina oleh tenga-tenaga dosen yang ahli dan berwibawa dalam masalah ekonomi. Bahwa Fakultas Ekonomi itu juga mempunyai disiplin yang tinggi. Bahwa para alumninya juga terkenal dimana-mana. Dan hal itu telah membuktikan dengan prestasi yang diperlihatkan Nina. Pasti Tomi juga akan memberikan prestasi yang sama.
Analogi sebagai suatu proses penalaran untuk menurunkan suatu kesimpulan berdasarkan kesamaan aktual antara dua hal itu dapat diperinci lagi untuk tujuan-tujuan berikut:
1) Untuk meramalkan kesamaan. Bila dewasa ini kita sering berbicara mengenai ekologi dan ekosistem, satuan lingkungan hidup antara unsure-unsur tumbuha-hewan-manusia, dan berusaha menjaga keharmonisan ekologi tersebut, maka dapat juga dikemukakan bahwa perpindahan manusia ke suatu lingkungan baru dapat merusak ekologi tersebut, bukan hanya karena terjadi penebangan hutan dan sebagainya, tetapi juga hubungan dengan penduduk yang sudah ada dapat mengganggu ekuilibrium yang ada. Barangkali kita dapat menolak pendapat itu dengan mengatakan bahwa manusia bukan tumbuh-tumbuhan dan binatang, karena manusia dapat menyesuaikan diri dengan manusia lainnya. Tetapi kebenaran mengenai kesimpulan di atas toh tidak dapat disangkal begitu saja. Maka untuk itulahmanusia-manusia yang hendak memasuki lingkungan yang baru itu harus mempelajari situasi dan adat kebiasaan penduduk setempat untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan.
2) Untuk menyingkapkan kekeliruan. Pada suatu waktu orang-orang takut berpergian dengan pesawat terbang, karena banyak kali terjadi kecelakaan dengan pesawat terbang yang tidak sedikit banyak meminta korban. Bila demikian sebaiknya orang-orang jangan tidur ditempat tidur, karena hampir semua manusia yang meninggal normal, menemui ajalnya di tempat tidur. Kedua pikiran ini sama-sama kaburnya, sehingga perlu ditolak.
3) Untuk menyusun sebuah klasifikasi. Bila kita mengetahui mengenai suatu penyakit dengan gejala-gejala tertentu dan belum tahu yang sebenarnya mengenai nama penyakitnya, sekurang-krangnya dengan memperhatikan gejala gejala yang timbul, penyakit itu dapat diklasifikasikan dalam kelas-kelass penyakit tertentu. Dan klasifikasi sangat diperlukan dan selalu dapat diberikan sebelum proses induksi atau deduksi.
seperti halnya dengan generalisasi yang tumpang tindih dengan hipotese, maka analogi ini juag dapat tumpang tindih dengan hipotese. Tidak ada garis yang tegas membedakan satu dari yang lainnya. Analogi induktif untuk meramalkan kesamaan bisa juga merupakan hipotese, dan untuk menyusun klasifikasi jelas ia dapat juga dimasukkan dalam klasifikasi.
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Contoh Analogi :
Kita banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars.
Dr. Maria C. Diamind tertarik untuk meneliti pengaruh pil kontrasepsi terhadap pertumbuhan cerebal cortex yang sangat rendah dibandingkan dengan tikus-tikus lain yang tidak diinjeksi. Berdasarkan studi tiu, Dr. Diamond seorang profesor antomi dari University of California menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak penggunanya. Dari contoh diatas, Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan manusia. Jadi, apa yang terjadi pada tikus akan terjadi pula pada manusia.
Hubungan Kausal
Hubungan sebab dan akibat adalah sebuah bentuk fenomenal yang menghasilkan sesuatu dari dampak yang diakibatkan dari suatu makna kalimat kemudian digabungkan didalam satu kalimat.
Menurut hukum kausalitas semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjalin dalam rangkaian sebab akibat. Tidak ada satu gejala atau kejadian yang muncul tanpa penyebab. Pertama, satu atau beberapa gejala yang timbul dapat berperan sebagai sebab akibat, atau sekaligus sebagai akibat didasari gejala sebelumnya dan sebab gejala sesudahnya. Kedua, gejala atau peristiwa yang terjadi dapat ditimbulkan oleh satu sebab atau lebih, dan menghasilkan satu akibat atau lebih. Ketiga, hubungan sebab dan akibat dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya ketika seorang ibu melihat awan menggantung, ia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakan itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) pertanda akan turun hujan (akibat). Hujan (sebab) akan menjadikan yang dijemurnya basah (akibat).
Contoh :
Masalah pengangguran merupakan masalah serius yang harus diselesaikan pemerintah, seperti beberapa waktu lalu diberitakan dimedia cetak dan ibu kota, bagaimana ribuan pencari kerja hars berdesakan bahkankan pingsan untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut laporan media cetak hal ini terjadi karena dalam waktu dekat ini banyak perusahaan menufaktor yang akan tutup. Sehingga harus melakukan PHK. Selain itu minimnya kahlian atau rendahnya kualitas SDM menjadi faktor penyebab banyaknya pengangguran di ibukota.
Contohnya dalam menggunakan preposisi spesifik seperti:
Es ini dingin. (atau: Semua es yang pernah kusentuh dingin.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
Agaknya sejarah timbulnya hubungan antara sebab dan akibat (hubungan kasual) dapat ditelusuri kembali sampai pada saat mula timbulnya inteligensia manusia. Secara historis bukti-bukti itu dapat dicatat kembali sejak abad kelima sebelum masehi, dari seorang filusuf Yunani yang bernama Leucippus, yang mengatakan bahwa Tidak ada sesuatu pun terjadi tanpa sebab, tiap hal mempunyai sebab…. (nihil fit sine causa). Dengan mengutip pendapat filsuf ini, tidak berarti bahwa jauh sebelumnya belum ada pengetahuan tentang sebab akibat itu.
Untuk tujuan praktis dapat diterima sebagai dasar bahwa semua peristiwa mempunyai sebab yang mungkin dapat diketahui, bila manusia berusaha menyelidikinya dan memiliki pengetahuan yang cukup untuk melakukan penyelidikan itu. Dalam dunia modern ini, kadang-kadang hubungan antara sebab dan akibat tertentu tidak mudah diketahui. Tetapi itu tidak berarti bahwa apa yang di catat sebagai suatu akibat tidak mempunyai sebab sama sekali.
Pada umumnya hubungan kausal dapat berlangsung dalam tiga pola berikut:
- Sebab ke akibat
- Akibat ke sebab, dan
- Akibat ke akibat
A. Sebab ke Akibat
Hubungan sebab ke akibat mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang di anggap sebagai sebab yang diketahui, kemudian bergerak maju menuju kepada suatu kesimpulan sebagai efek atau akibat yang terdekat. Efek yang ditimbulkan oleh sebab tadi dapat merupakan efek tunggal, tetapi dapat juga berbentuk sejumlah efek bersama-sama, atau serangkaian efek. Misalnya kalau saya menekan tombol lampu menyala; Penekanan tombol sebagai satu sebab akan menimbulkan satu efek yaitulampu menyala. Tetapi hujan sebagai satu sebab akan menimbulkan efek serentak, yaitu: tanah-tanah menjadi becek dan berlumpur, selokan penuh banjir, pakaian yang dicuci tidak lekas kering, mereka yang tidak tahan udara lembab atau dingin akan jatuh sakit, dan sebagainya. Sebaliknya sebab dan akibat berantai terjadi: misalnya kenaikan harga minyak menyebabkan para penyalur bahan makanan menaikkan harga-harga bahan makanan, harga bahan makanan naik menimbulkan kesulitan hidup, kesulitan hidup dalam semua bidang menyebabkan kaum buruh menuntun kenaikan upah, dan seterusnya.
B. Akibat ke sebab
Hubungan akibat ke sebab merupakan suatu proses berpikir yang induktif juga dengan bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui, kemudian bergerak menuju sebab – sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi.
Contoh :
Ada seorang pasien pergi ke dokter karena merasa sakit didadanya. Dokter yang di minta bantuannya harus menemukan sebabnya untuk memberikan pengobatan yang tepat. Ia menetapkan bahwa sakit didada pasien disebabkan oleh kanker. Jadi jalan pikiran bertolak dari akibat yang diketahui (sakit di dada) menuju kepada sebuah sebab (kanker).
Hubungan kausal diatas dapat di uji kebenarannya melalui prosedur – prosedur berikut : Apakah cukup terdapat sebab untuk menghasilkan sebuah akibat? Harus didapat diyakini bahwa jalan pikiran itu sudah cukup lengkap dan tidak akan dihalangi oleh faktor – faktor luar. Cara lain yang dapat dipakai untuk menguji kebenaran sebab akibat adalah mengajukan pertanyaan : apakah tidak mungkin ada sebab lain yang menimbulkan akibat itu, maka proses penalaran tadi di anggap benar. Suatu proses penalaran yang salah mengenai sebab – akibat ini adalah apa yang dinamakan post hoc ergo propter hoc, yaitu jalan pikiran yang mengatakan “karena sesuatu terjadi sesudah sesuatu hal yang lain, maka peristiwa itu disebabkan oleh hal yang terjadi terlebih dahulu”.
Contoh : hari menjadi siang sesudah ayam berkokok; sebab itu, ayam berkokok menyebabkan hari jadi siang.
C. Akibat Ke Akibat
Hubungan kausal akibat ke akibat adalah proses penalaran dari suatu akibat menuju suatu akibat yang lain, tanpa menyebut atau mencari sebab umum yang menimbulkan kedua akibat tadi.
Contoh :
Terjadi sejumlah akibat karena turun hujan: tanah-tanah menjadi becek dan berlumpur, selokan penuh air, jemuran basah kembali, dan sebagainya. Ketika seorang ibu kembali dari belanja dari pasar yang jauh dari rumahnya, iya melihat tanah menjadi becek dan selokan penuh air. Melihat kondisi ini, ia lantas mengambil kesimpulan bahwa jemuran yang seharusnya sudah kering, menjadi basah kembali. Dalam hal ini, ia sama sekali tidak berfikir bahwa jemuran menjadi basah Karena tanah yang becek atau kerena selokan penuh air, tetapi semua efek dari suatu sebab umum yang sama yaitu hujan.
Dalam mempergunakan pola penalaran ini,penulisan atau pembicara harus yakin dengan sungguh – sungguh bahwa terdapat suatu sebab umum bagi kedua sebab itu.
Induksi dalam Metode Eksposisi
adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Proses penalaran terbagi atas dua kelas besar yaitu induksi dan deduksi. Masing-masing corak dapat dibagi lagi menjadi sejumlah corak penalaran yang tercakup dalam kedua corak utama itu. Dalam uraian mengenai eksposisi telah dikemukakan pula dalam sejumlah metode. Untuk mengembangkan suatu karangan yang bersifat ekspositoris. Pada hakikatnya, semua metode ini juga merupakan proses penalaran yang dapat dimasukkan dalam salah satu corak penalaran utama.
Metode identifikasi pada prinspinya baru merupakan perumusan-perumusan kategorial (proposisi kategorial) mengenai fakta atau evidensi yang diketahui mengenai suatu obyek garapan. Telah dikemukakan bahwa identifikasi adalah suatu strategi dasar bagi semua metode eksposisi lainnya. Sama halnya dengan deduksi, semua proposisi kategorial mengenai fakta-fakta itu dapat dijadikan bahan dasar untuk menyusun generalisasi, hipotase, dan sebagainya.
Metode perbandingan bisa mencakup penalaran yang induktif maupun deduktif. Bila perbandingan itu dilakukan untuk menurunkan suatu prinsip umum, maka corak penalarannya bersifat induktif. Dalam hal ini, prinsip umum itu dapat berbentuk generalisasi, hipotase, atau teori. Tetapi bila perbandingan itu bertolak dari suatu prinsip umum untuk menunjukkan perbedaan antara dua obyek atau lebihterhadap prinsip umum tadi, maka corak penalarannya bersifat deduktif. Perbandingan juga dapat dilkukan sekedar mencatat kesamaan dan perbedaan antara dua objek, tanpa mempersoalkan prinsip umum. Perbedaan atau kesamaan yang disimpulkan itu dapat menghantar kita kepada hubungan kausal untuk mempersoalkan mengapa terdapat perbedaan atau kesamaan itu.
Metode klasifikasi juga mencakup kedua-duanya. Bila klasifikasi itu bertolak dari pengelompokkan sejumlah hal ke dalam suatu kelas berdasarkan ciri-ciri yang sama, maka ia merupakan induksi. Bila bertolak dari satu kelas umum utnuk membicarakan ciri-ciri anggota kelas, maka ia menyangkut deduksi. Selanjutnya karena definisibertolak dari klasifikasi, dengan sendirinya ia mencakup juga kedua jenis penalaran itu.
Seperti sudah dikemukakan dalam induksi, analisa kausal termasuk dalam penalaran induktif. Tetapi, analisa bagian, analisa proses, dan analisa fungsional dapat bercorak induktif, dan dapat juga bercorak deduktif. Analisa bagian, analisa roses dan analisa fungsional akan bercorak induktif kalau uraiannya dimulai dari identifikasi bagian-bagian dengan fungsinya masing-masing menuju kepada suatu kesimpulan umum mengenai hakikat objek tadi secara keseluruhan. Demikian pula dengan suatu eksposisi yang dikembangkan dengan metode analisa proses. Sebaliknya bila uraian itu dimulai dengan suatu pernyataan mengenai hakikat objek garapan itu secara umum, kemudian penulis berusaha mengkonkritkannya dengan identifikasi fungsi dar bagian-bagiannya dan proses yang terjadi berkat pelaksanaan fungsi bagian-bagian itu, maka penalaran yang terdapat padanya adalah deduksi.
Dengan demikian semua metode yang telah diuraikan dalam eksposisi sekaligus juga dapat dimanfaatkan dalam argumentasi. Tetapi dalam menerapkan metode-metode itu terdapat perbedaan. Pada tulisan ekspositoris fakta-fakta diajukan secukupnya untuk mengadakan konkritisasi atas inti persoalan yang dikemukakan, sehingga para pembaca mengetahui bukan hanya persoalannya tetapi juga beberapa landasan yang menunjang inti persoalan. Sebaliknya pada argumentasi fakta-fakta dipergunakan sebagai evidensi, yaitu sebagai alat pembuktian kebenaran dari persoalan yang dikemukakan. Oleh sebab itu, cara penggunaanya, penyajiannya, jumlah perincian yang disajikan haruslah sedemikian rupa, sehingga para pembaca diyakinkan mengenai kebenaran permasalahannya.
Langkah menyusun eksposisi:
Menentukan topik/tema
Menetapkan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan sesuai topik yang dipilih
Mengembangkan kerangka menjadi eksposisi
Contoh :
Biar bagaimanapun juga otak selalu saja mengalahkan otot.
Menurut teori Darwin manusia berasal dari kera yang berevolusi.
Matahari adalah poros dari perputaran planet-planet yang mengelilinginya termasuk bumi.
Manusia adalah mahkluk yang paling istimewa dibandingkan dengan mahkluk-mahkluk lainnya dibumi.
Agar bisa mencapai persentase lulus, maka hal itu bisa diraih dengan giat belajar.
Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena – fenomena yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke proses penalaran induktif, maka proses penalaran itu juga disebut sebagai suatu corak berpikir yang ilmiah. Namun induksi sendiri tak akan banyak manfaatnya kalau tidak diikuti oleh proses berpikir yang kedua, yaitu deduksi.
Berpikir induktif merupakan suatu pemikiran yang bergerak dari premis spesifik ke konklusi umum atau generalisasi. Observasi dan pengalaman digunakan untuk mendukung generalisasi. Premisnya tidak menjadi dasar untuk kebenaran konklusi, tetapi memberikan sejumlah dukungan untuk konklusinya. Konklusi induktif jauh melampaui apa yang ada pada premisnya.
Setiap argumen induktif tidak dapat dikatakan sahih atau tidak sahih, tetapi lebih baik atau kurang baik, bergantung pada berapa tinggi derajat probabilitasnya (kebolehjadian) yang diberikan premis pada simpulannya. Semakin tinggi probabilitas simpulannya semakin baik argumen induktif yang bersangkutan, begitu pula sebaliknya, dan simpulannya tidak mungkin mengandung kepastian mutlak. Konklusi induktif tidak akan pernah terbukti benar kecuali bila meneliti semua premis khususnya.
Pengertian fenomena – fenomena individual sebagai landasan penalaran induktif harus diartikan pertama – tama sebagai data – data maupun sebagai pernyataan – pernyataan (proposisi – proposisi). Proses Penalaran yang induktif dapat dibedakan lagi atas bermacam – macam variasi yang berturut – turut akan dikemukakakan dalam bagian – bagian berikut yaitu:
Generalisasi
Hipotese dan Teori
Analogi
Hubungan Kausal
Induksi dalam Metode Eksposisi
Generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Tetapi sebagai sudah dikatakan diatas, proses berpikir yang induktif tidak ada banyak artinya kalau tidak diikuti proses berpikir yang deduktif. Sebab itu generalisasi hanya akan mempunyai makna yang penting, kalau kesimpulan yang diturunkan dari sejumlah fenomena tadi bukan saja mencakup semua fenomena itu, tetapi juga harus berlaku pada fenomena – fenomena lain yang sejenis yang belum diselidiki.
Bila kita berbicara mengenai data atau fakta dalam pengertian fenomena individual tadi, pikiran kita selalu terarah kepada pengertian mengenai sesuatu hal yang individual. Dalam kenyataannya data atau fakta yang dipergunakan itu sebenarnya merupakan generalisasi juga, yang tidak lain dari sebuah hasil penalaran yang induktif. Bila seorang berkata bahwa mobil adalah semacam kendaraan pengangkut, maka pengertian mobil dan kendaraan pengangkut merupakan hasil generalisasi juga. Dari bermacam – macam tipe kendaraan dengan cirri – cirri tertentu ia mendapatkan sebuah gagasan mengenai mobil, sedangkan dari bermacam – macam alat untuk mengangkut sesuatu lahirlah abstraksi yang lebih tinggi (= generalisasi lagi) mengenai kendaraan pengangkut. Contoh – contoh diatas menunjukan bahwa bila pada suatu waktu kita menghadapi suatu fenomena individual, kita segera menghubungkannya dengan pengalaman – pengalaman kita pada masa lampau. Semua pengalaman itu secara alamiah menciptakan dalam pikiran kita suatu generalisasi yang coba menghubungkan semua peristiwa itu melalui cirri – cirri yang menonjol.
Induksi dan juga generalisasi sebagai dikemukakan diatas sebenarnya mempunyai variasi yang beraneka ragam, sehingga penjelasan – penjelasan yang cermat kadang – kadang sukar dutampilkan. Tetapi mengenai generalisasi sendiri kita masih membedakan generalisasi yang berbentuk loncatan induktif, dan yang bukan loncatan induktif.
Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta – fakta tersebut atau proposisi – proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan. Dengan demikian loncatan induktif dapat diartikan sebagai loncatan dari sebagaian evidensi kepada suatu generalisasi yang jauh melampaui kemungkinan yang diberi oleh evidensi – evidensi itu. Generalisasi semacam ini mengandung kelemahan dan mudah ditolak kalau terdapat evidensi – evidensi yang bertentangan. Tetapi kalau sample yang dipergunakan itu secara kualitatif kuat kedudukannya, maka generalisasi semacam itu juga akan kuat dan sahih sifatnya, apalagi kalau bisa diperbanyak lagi fakta atau evidensi yang menunjang.
Bila ahli – ahli filologi eropa berdasarkan pengamatan mereka mengenai bahasa – bahasa indo – german kemudian menarik suatu kesimpulan bahwa di dunia terdapat 3.000 bahasa, maka ini merupakan suatu loncatan induktif. Bila berdasarkan beberapa pengalaman mengenai beberapa orang yang dijumpai, seorang mengambil suatu kesimpulan untuk mengatakan suku A masih sangat terkebelakang, maka hal ini juga merupakan contoh yang jelas mengenai loncatan induktif.
Tanpa Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi tidak mengandung loncatan induktif bila fakta-fakta yang diberikancukup banyak dan meyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Sebab itu, perbedaan antara generalisasi dengan loncatan induktif sebenarnya terletak dalam persoalan jumlah fenomena yang diperlukan. Tetapi dipihak lain, berapa banyak fenomena yang diperlukan untuk merumuskan sebuah generalisasi yang kuat, tidak dapat ditetapkan dengan pasti. Ada generalisasi yang sudah akan kuat bila mempergunakan beberapa fenomena saja. Tetapi ada juga kasus yang menunjukkan bahwa 100 fenomena, bahkan lebihpun, belum cukup untuk dijadikan landasan yang kuat untuk merumuskan sebuah generalisasi.
Sebenarnya generalisasi merupakan proses yang biasa dilakukan oleh setiap orang. Bagi orang kebanyakan, generalisasi itu tidak lain dari penambahan setengah sadar akan hal-hal yang umum berdasarkan pengalamannya dari hari ke hari. Bila suatu waktu ia mendapat hardikan dari atasannya karena membuat suatu kesalahan, maka belum ada suatu sikapyang timbul pada dirinya. Tetapi bila peristiwa semacam itu dialaminya berulang-ulang kali, dan juga dialami kawan-kawan lainnya, maka mau tidak mau akan timbul suatu generalisasi mengenai atasannya itu : Atasannya adalah seorang yang kejam. Arus baliknya akan menimbulkan suatu sikap : karena atasan ini seorang yang kejam, maka jangan membuat kesalahan yang kecil sekalipun, supaya tidak mendapat umpatan dan hardikan yang tidak perlu.
Karena generalisasi itu sering mendahului observasi atas sejumlah peristiwa yang cukup meyakinkan, maka perlu diadakan pengecekan atau evaluasi atas generalisasi tersebut. Pengujian atau evaluasi tersebut terdiri dari :
Harus diketahui apakah sudah cukup banyak jumlah peristiwa yang diselidiki sebagai dasar generalisasi tersebut (ciri kuantitatif).
Apakah peristiwa-peristiwa itu merupakan contoh yang baik (sampel yang baik; ciri kulitatifnya) bagi semua jenis peristiwa yang diselidiki ? dengan memilih peristiwa-peristiwa yang khusus, boleh dikatakan bahwa generalisasi itu akan kuat kedudukannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperhitungkan kekecualian-kekecualian yang tidak sejalan dengan generalisasi itu.
Perumusan generalisasi itu sendiri juga harus absah. Artinya apa yang dirumuskan itu benar-benar merupakan konsekuensinya logis dari data-data, fakta-fakta atauproposisi-proposisi yang telah dikumpulkan itu.
Hipotese dan Teori
Hipotesa adalah sebuah Informasi yang masih belum teruji kebenarannya, sedangkan Teori adalah sebuah fakta yang tepat dan bisa dipertanggung jawabkan.
Hipotese (hypo : di bawah, tithenai : menempatkan) adalah semacam teori yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta tertentu sebagai penunun untuk meneliti fakta lebih lanjut. Sebaliknya, teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara relative lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas – azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang – kurangnya data dipercaya untuk menerangkan fenomena – fenomena yang ada. Hipotese merupakan suatu dugan yang bersifat sementara mengenai sebab –sebab atau relasi antara fenomena – fenomena, sedangkan teori merupakan hipotese yang telah di uji dan yang dapat diterapkan pada fenomena – fenomena yang relevan atau sejenis.
Dengan demikian, walaupun hipotese merupakan cara yang baik untuk mempertalikan fakta –fakta tertentu, suatu waktu hipotese itu dapat ditolak karena fakta – fakta baru yang dijumpai bertentangan atau tidak lagi menunjang hipotese tadi. Sebab itu persoalan yang dihadapi adalah bagaimana merumuskan sebuah hipotese yang kuat. Untuk merumuskan sebuah hipotese yang baik perhatian beberapa ketentuan berikut :
Secara maksimal memperhitungkan semua evidensi yang ada; semakin banyak evidensi yang digunakan, semakin kuat hipotese yang diajukan (ciri kuantitatif).
Bila tidak ada alasan – alasan lain, maka antara dia hipotese yang tidak mungkin diturunkan, lebih baik memilih hipotese yang sederhana daripada yang rumit. Bila menghadapi seorang mahasiswa yang tidak lulus ujian ,apakah harus mengatakan bahwa ia tidak lulus karena tidak belajar dan tidak menguasai pelajarannya, atau karena para dosen menaruh sentiment terhadapnya sehingga member nilai yang menjatuhkannya?
Sebuah hipotese tidak pernah terpisah dari semua pengetahuan dan pengalaman manusia walaupun mungkin fakta – faktanya meyakinkan (prinsipkohorensi).
Hipotese bukan hanya menjelaskan fakta – fakta yang membentuknya, tetapi juga harus menjelaskan juga fakta – fakta lain sejenis yang belum di selidiki.
Hubungan hipotese dan teori
Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
AnalogiAnalogi atau kadang-kadang disebut juga analogi iduktif adalah suatu proses penalaranyang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hak akan berlaku pula untuk hal yang lain. Sebab itu sering timbul salah pengertian antara analogi induktif atau analogi logis sebagai yang dikemukakan di atas analogi deklaratif atau analogi penjelas yang termasuk dalam soal perbandingan. Analogi dilakukan karena sesuatu yang dibandingkan dengan pembandingnya memiliki kesmaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna.
Analogi yang dimaksud disini adalah analogi induktif atau analogi logis. Analogi induktif (kias) adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik ebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah sebuah kesamaan karakteristik diantara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan “apa yang berlaku pada suatu hal akan berlaku pula untuk hal lainnya” dengan demikian dasar kesimpulan yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensi yang berhubungan erat dari dua hal yang danalogikan.
Analogi induktif atau analogi logis sebagai suatu proses penalaran bertolak dari suatu kesamaan actual antara dua hal. Berdasarkan kesamaan aktual itu, penulis dapat menurunkan suatu kesimpulan bahwa karena kedua hal itu mengandung kemiripan dalam hal-hal yang penting, maka mereka akan sama pula dalam aspek-aspek yang kurang penting.
Sebagai ilustrasi mengenai analogi ini perhatikan contoh berikut.
Nina adalah tamatan Fakultas Ekonomi Universitas Omega. Ia telah memberikan prestasi yang luar biasa pada perusahaan Omikron, tempat ia bekerja. Ia telah mengajukan banyak usul mengenai cara pemecahan atas kesulitan-kesulitan yang dihadapi perusahaannya. Pada waktu penerimaan pegawai-pegawai baru, Direktur Perusahaan langsung menerima Tomi, karena Tomi adalah seorang alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Omega, seperti halnya Nina. Semua pelamar-pelamar lain diabaikan begitu saja. Menurut logika direktur, karena Tomi tamatan Fakultas ekonomi Universitas Omega, maka pasti ia memiliki juga kecerdasan dan kualitas yang sama atau sekurang-kurangnya sama dengan Nina.
Dalam hal ini ia tidak mengambil keputusan karena data-data yang mengungkapkan siapa itu Tomi, tetapi ia melihat bahwa Tomi berasal dari Fakultas Ekonomi Universitas Omega seperti halnya dengan Nina yang telah dikenalnya. Bahwa Universitas atau sekurang-kurangnya Fakultas yang dibina oleh tenga-tenaga dosen yang ahli dan berwibawa dalam masalah ekonomi. Bahwa Fakultas Ekonomi itu juga mempunyai disiplin yang tinggi. Bahwa para alumninya juga terkenal dimana-mana. Dan hal itu telah membuktikan dengan prestasi yang diperlihatkan Nina. Pasti Tomi juga akan memberikan prestasi yang sama.
Analogi sebagai suatu proses penalaran untuk menurunkan suatu kesimpulan berdasarkan kesamaan aktual antara dua hal itu dapat diperinci lagi untuk tujuan-tujuan berikut:
1) Untuk meramalkan kesamaan. Bila dewasa ini kita sering berbicara mengenai ekologi dan ekosistem, satuan lingkungan hidup antara unsure-unsur tumbuha-hewan-manusia, dan berusaha menjaga keharmonisan ekologi tersebut, maka dapat juga dikemukakan bahwa perpindahan manusia ke suatu lingkungan baru dapat merusak ekologi tersebut, bukan hanya karena terjadi penebangan hutan dan sebagainya, tetapi juga hubungan dengan penduduk yang sudah ada dapat mengganggu ekuilibrium yang ada. Barangkali kita dapat menolak pendapat itu dengan mengatakan bahwa manusia bukan tumbuh-tumbuhan dan binatang, karena manusia dapat menyesuaikan diri dengan manusia lainnya. Tetapi kebenaran mengenai kesimpulan di atas toh tidak dapat disangkal begitu saja. Maka untuk itulahmanusia-manusia yang hendak memasuki lingkungan yang baru itu harus mempelajari situasi dan adat kebiasaan penduduk setempat untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan.
2) Untuk menyingkapkan kekeliruan. Pada suatu waktu orang-orang takut berpergian dengan pesawat terbang, karena banyak kali terjadi kecelakaan dengan pesawat terbang yang tidak sedikit banyak meminta korban. Bila demikian sebaiknya orang-orang jangan tidur ditempat tidur, karena hampir semua manusia yang meninggal normal, menemui ajalnya di tempat tidur. Kedua pikiran ini sama-sama kaburnya, sehingga perlu ditolak.
3) Untuk menyusun sebuah klasifikasi. Bila kita mengetahui mengenai suatu penyakit dengan gejala-gejala tertentu dan belum tahu yang sebenarnya mengenai nama penyakitnya, sekurang-krangnya dengan memperhatikan gejala gejala yang timbul, penyakit itu dapat diklasifikasikan dalam kelas-kelass penyakit tertentu. Dan klasifikasi sangat diperlukan dan selalu dapat diberikan sebelum proses induksi atau deduksi.
seperti halnya dengan generalisasi yang tumpang tindih dengan hipotese, maka analogi ini juag dapat tumpang tindih dengan hipotese. Tidak ada garis yang tegas membedakan satu dari yang lainnya. Analogi induktif untuk meramalkan kesamaan bisa juga merupakan hipotese, dan untuk menyusun klasifikasi jelas ia dapat juga dimasukkan dalam klasifikasi.
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Contoh Analogi :
Kita banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars.
Dr. Maria C. Diamind tertarik untuk meneliti pengaruh pil kontrasepsi terhadap pertumbuhan cerebal cortex yang sangat rendah dibandingkan dengan tikus-tikus lain yang tidak diinjeksi. Berdasarkan studi tiu, Dr. Diamond seorang profesor antomi dari University of California menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak penggunanya. Dari contoh diatas, Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan manusia. Jadi, apa yang terjadi pada tikus akan terjadi pula pada manusia.
Hubungan Kausal
Hubungan sebab dan akibat adalah sebuah bentuk fenomenal yang menghasilkan sesuatu dari dampak yang diakibatkan dari suatu makna kalimat kemudian digabungkan didalam satu kalimat.
Menurut hukum kausalitas semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjalin dalam rangkaian sebab akibat. Tidak ada satu gejala atau kejadian yang muncul tanpa penyebab. Pertama, satu atau beberapa gejala yang timbul dapat berperan sebagai sebab akibat, atau sekaligus sebagai akibat didasari gejala sebelumnya dan sebab gejala sesudahnya. Kedua, gejala atau peristiwa yang terjadi dapat ditimbulkan oleh satu sebab atau lebih, dan menghasilkan satu akibat atau lebih. Ketiga, hubungan sebab dan akibat dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya ketika seorang ibu melihat awan menggantung, ia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakan itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) pertanda akan turun hujan (akibat). Hujan (sebab) akan menjadikan yang dijemurnya basah (akibat).
Contoh :
Masalah pengangguran merupakan masalah serius yang harus diselesaikan pemerintah, seperti beberapa waktu lalu diberitakan dimedia cetak dan ibu kota, bagaimana ribuan pencari kerja hars berdesakan bahkankan pingsan untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut laporan media cetak hal ini terjadi karena dalam waktu dekat ini banyak perusahaan menufaktor yang akan tutup. Sehingga harus melakukan PHK. Selain itu minimnya kahlian atau rendahnya kualitas SDM menjadi faktor penyebab banyaknya pengangguran di ibukota.
Contohnya dalam menggunakan preposisi spesifik seperti:
Es ini dingin. (atau: Semua es yang pernah kusentuh dingin.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
Agaknya sejarah timbulnya hubungan antara sebab dan akibat (hubungan kasual) dapat ditelusuri kembali sampai pada saat mula timbulnya inteligensia manusia. Secara historis bukti-bukti itu dapat dicatat kembali sejak abad kelima sebelum masehi, dari seorang filusuf Yunani yang bernama Leucippus, yang mengatakan bahwa Tidak ada sesuatu pun terjadi tanpa sebab, tiap hal mempunyai sebab…. (nihil fit sine causa). Dengan mengutip pendapat filsuf ini, tidak berarti bahwa jauh sebelumnya belum ada pengetahuan tentang sebab akibat itu.
Untuk tujuan praktis dapat diterima sebagai dasar bahwa semua peristiwa mempunyai sebab yang mungkin dapat diketahui, bila manusia berusaha menyelidikinya dan memiliki pengetahuan yang cukup untuk melakukan penyelidikan itu. Dalam dunia modern ini, kadang-kadang hubungan antara sebab dan akibat tertentu tidak mudah diketahui. Tetapi itu tidak berarti bahwa apa yang di catat sebagai suatu akibat tidak mempunyai sebab sama sekali.
Pada umumnya hubungan kausal dapat berlangsung dalam tiga pola berikut:
- Sebab ke akibat
- Akibat ke sebab, dan
- Akibat ke akibat
A. Sebab ke Akibat
Hubungan sebab ke akibat mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang di anggap sebagai sebab yang diketahui, kemudian bergerak maju menuju kepada suatu kesimpulan sebagai efek atau akibat yang terdekat. Efek yang ditimbulkan oleh sebab tadi dapat merupakan efek tunggal, tetapi dapat juga berbentuk sejumlah efek bersama-sama, atau serangkaian efek. Misalnya kalau saya menekan tombol lampu menyala; Penekanan tombol sebagai satu sebab akan menimbulkan satu efek yaitulampu menyala. Tetapi hujan sebagai satu sebab akan menimbulkan efek serentak, yaitu: tanah-tanah menjadi becek dan berlumpur, selokan penuh banjir, pakaian yang dicuci tidak lekas kering, mereka yang tidak tahan udara lembab atau dingin akan jatuh sakit, dan sebagainya. Sebaliknya sebab dan akibat berantai terjadi: misalnya kenaikan harga minyak menyebabkan para penyalur bahan makanan menaikkan harga-harga bahan makanan, harga bahan makanan naik menimbulkan kesulitan hidup, kesulitan hidup dalam semua bidang menyebabkan kaum buruh menuntun kenaikan upah, dan seterusnya.
B. Akibat ke sebab
Hubungan akibat ke sebab merupakan suatu proses berpikir yang induktif juga dengan bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui, kemudian bergerak menuju sebab – sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi.
Contoh :
Ada seorang pasien pergi ke dokter karena merasa sakit didadanya. Dokter yang di minta bantuannya harus menemukan sebabnya untuk memberikan pengobatan yang tepat. Ia menetapkan bahwa sakit didada pasien disebabkan oleh kanker. Jadi jalan pikiran bertolak dari akibat yang diketahui (sakit di dada) menuju kepada sebuah sebab (kanker).
Hubungan kausal diatas dapat di uji kebenarannya melalui prosedur – prosedur berikut : Apakah cukup terdapat sebab untuk menghasilkan sebuah akibat? Harus didapat diyakini bahwa jalan pikiran itu sudah cukup lengkap dan tidak akan dihalangi oleh faktor – faktor luar. Cara lain yang dapat dipakai untuk menguji kebenaran sebab akibat adalah mengajukan pertanyaan : apakah tidak mungkin ada sebab lain yang menimbulkan akibat itu, maka proses penalaran tadi di anggap benar. Suatu proses penalaran yang salah mengenai sebab – akibat ini adalah apa yang dinamakan post hoc ergo propter hoc, yaitu jalan pikiran yang mengatakan “karena sesuatu terjadi sesudah sesuatu hal yang lain, maka peristiwa itu disebabkan oleh hal yang terjadi terlebih dahulu”.
Contoh : hari menjadi siang sesudah ayam berkokok; sebab itu, ayam berkokok menyebabkan hari jadi siang.
C. Akibat Ke Akibat
Hubungan kausal akibat ke akibat adalah proses penalaran dari suatu akibat menuju suatu akibat yang lain, tanpa menyebut atau mencari sebab umum yang menimbulkan kedua akibat tadi.
Contoh :
Terjadi sejumlah akibat karena turun hujan: tanah-tanah menjadi becek dan berlumpur, selokan penuh air, jemuran basah kembali, dan sebagainya. Ketika seorang ibu kembali dari belanja dari pasar yang jauh dari rumahnya, iya melihat tanah menjadi becek dan selokan penuh air. Melihat kondisi ini, ia lantas mengambil kesimpulan bahwa jemuran yang seharusnya sudah kering, menjadi basah kembali. Dalam hal ini, ia sama sekali tidak berfikir bahwa jemuran menjadi basah Karena tanah yang becek atau kerena selokan penuh air, tetapi semua efek dari suatu sebab umum yang sama yaitu hujan.
Dalam mempergunakan pola penalaran ini,penulisan atau pembicara harus yakin dengan sungguh – sungguh bahwa terdapat suatu sebab umum bagi kedua sebab itu.
Induksi dalam Metode Eksposisi
adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Proses penalaran terbagi atas dua kelas besar yaitu induksi dan deduksi. Masing-masing corak dapat dibagi lagi menjadi sejumlah corak penalaran yang tercakup dalam kedua corak utama itu. Dalam uraian mengenai eksposisi telah dikemukakan pula dalam sejumlah metode. Untuk mengembangkan suatu karangan yang bersifat ekspositoris. Pada hakikatnya, semua metode ini juga merupakan proses penalaran yang dapat dimasukkan dalam salah satu corak penalaran utama.
Metode identifikasi pada prinspinya baru merupakan perumusan-perumusan kategorial (proposisi kategorial) mengenai fakta atau evidensi yang diketahui mengenai suatu obyek garapan. Telah dikemukakan bahwa identifikasi adalah suatu strategi dasar bagi semua metode eksposisi lainnya. Sama halnya dengan deduksi, semua proposisi kategorial mengenai fakta-fakta itu dapat dijadikan bahan dasar untuk menyusun generalisasi, hipotase, dan sebagainya.
Metode perbandingan bisa mencakup penalaran yang induktif maupun deduktif. Bila perbandingan itu dilakukan untuk menurunkan suatu prinsip umum, maka corak penalarannya bersifat induktif. Dalam hal ini, prinsip umum itu dapat berbentuk generalisasi, hipotase, atau teori. Tetapi bila perbandingan itu bertolak dari suatu prinsip umum untuk menunjukkan perbedaan antara dua obyek atau lebihterhadap prinsip umum tadi, maka corak penalarannya bersifat deduktif. Perbandingan juga dapat dilkukan sekedar mencatat kesamaan dan perbedaan antara dua objek, tanpa mempersoalkan prinsip umum. Perbedaan atau kesamaan yang disimpulkan itu dapat menghantar kita kepada hubungan kausal untuk mempersoalkan mengapa terdapat perbedaan atau kesamaan itu.
Metode klasifikasi juga mencakup kedua-duanya. Bila klasifikasi itu bertolak dari pengelompokkan sejumlah hal ke dalam suatu kelas berdasarkan ciri-ciri yang sama, maka ia merupakan induksi. Bila bertolak dari satu kelas umum utnuk membicarakan ciri-ciri anggota kelas, maka ia menyangkut deduksi. Selanjutnya karena definisibertolak dari klasifikasi, dengan sendirinya ia mencakup juga kedua jenis penalaran itu.
Seperti sudah dikemukakan dalam induksi, analisa kausal termasuk dalam penalaran induktif. Tetapi, analisa bagian, analisa proses, dan analisa fungsional dapat bercorak induktif, dan dapat juga bercorak deduktif. Analisa bagian, analisa roses dan analisa fungsional akan bercorak induktif kalau uraiannya dimulai dari identifikasi bagian-bagian dengan fungsinya masing-masing menuju kepada suatu kesimpulan umum mengenai hakikat objek tadi secara keseluruhan. Demikian pula dengan suatu eksposisi yang dikembangkan dengan metode analisa proses. Sebaliknya bila uraian itu dimulai dengan suatu pernyataan mengenai hakikat objek garapan itu secara umum, kemudian penulis berusaha mengkonkritkannya dengan identifikasi fungsi dar bagian-bagiannya dan proses yang terjadi berkat pelaksanaan fungsi bagian-bagian itu, maka penalaran yang terdapat padanya adalah deduksi.
Dengan demikian semua metode yang telah diuraikan dalam eksposisi sekaligus juga dapat dimanfaatkan dalam argumentasi. Tetapi dalam menerapkan metode-metode itu terdapat perbedaan. Pada tulisan ekspositoris fakta-fakta diajukan secukupnya untuk mengadakan konkritisasi atas inti persoalan yang dikemukakan, sehingga para pembaca mengetahui bukan hanya persoalannya tetapi juga beberapa landasan yang menunjang inti persoalan. Sebaliknya pada argumentasi fakta-fakta dipergunakan sebagai evidensi, yaitu sebagai alat pembuktian kebenaran dari persoalan yang dikemukakan. Oleh sebab itu, cara penggunaanya, penyajiannya, jumlah perincian yang disajikan haruslah sedemikian rupa, sehingga para pembaca diyakinkan mengenai kebenaran permasalahannya.
Langkah menyusun eksposisi:
Menentukan topik/tema
Menetapkan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan sesuai topik yang dipilih
Mengembangkan kerangka menjadi eksposisi
Contoh :
Biar bagaimanapun juga otak selalu saja mengalahkan otot.
Menurut teori Darwin manusia berasal dari kera yang berevolusi.
Matahari adalah poros dari perputaran planet-planet yang mengelilinginya termasuk bumi.
Manusia adalah mahkluk yang paling istimewa dibandingkan dengan mahkluk-mahkluk lainnya dibumi.
Agar bisa mencapai persentase lulus, maka hal itu bisa diraih dengan giat belajar.
Penalaran
Pengertian Penalaran dari Berbagai Sumber:
1- Berdasarkan e-learning gunadarma
Penalaran adalah bentuk tertinggi dari pemikiran. Secara sederhana penalaran dapat diartikansebagai proses pengambilan kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi yang mendahuluinya.
2. Berdasarkan Wikipedia
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
3. Berdasarkan Kamus Besar Indonesia
a. Cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan pemikiran. Contoh : kepercayaan takhayul serta – yang tidak logis haruslah dikikis habis
b. Hal yang mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman
c. Proses mental dengan mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip
Pengertian Penalaran Menurut Para Ahli:
1. Bakry (1986:1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.
2. Suriasumantri (2001:42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.
3. Keraf (1985:5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-fakta atau data yang sistematik menuju suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis.
Proposisi
Pengertian Proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh dan utuh. Proposisi logika terdapat tiga bagian utama yaitu subjek,predikat,kopula. Kopula ialah kata yang menghubungkan subjek dan predikat. Proposisi mempunyai pembilang yang mengacu pada kuantitas subjek.
Contohnya : “semua manusia adalah sama”
Semua : pembilang
Manusia : subjek
Adalah : kopula
Sama : predikat
Jenis-jenis proposisi
Jenis-jenis proposisi dapat dibedakan atas berbagai jenis berdasarkan materi, kualitas, kuantitas, komposisi, bentuk, kebenaran isi dan sebagainya.
Namun disini hanya memberi contoh beberapa jenis proposisi :
1. Proposisi Kategorik ( categorical proposition)
Yaitu proposisi yang terdiri atas subjek dan predikat. Dalam proposisi kategorik ini , predikat mengarfimasi atau menegasi subjek.
Contoh : Palto adalah seorang filsuf
2. Proposisi Arfimatif ( arffimative proposition)
Yaitu proposisi kategorik yang mengarfimasi atau mengiakan adanya hubungan antara subjek dan predikat, dan dalam hal ini subjek menjadi bagian dari predikat.
Contoh : Semua manusia adalah hewan yang berakal budi
3. Proposisi Negatif ( negative proposition)
Yaitu proposisi kategorik yang menegasi atau mengingkari adanya hubungan antar subjek dan predikat.
Contoh : sebagian manusia tidaklah bijaksana
4. Proposisi universal ( universal proposition )
Yaitu proposisi kategorik yang menggunakan pembilang(quantifier) yang bersifat universal. Untuk proposisi universal arifmatif kata pembilang yang biasa digunakan ialah semua,tiap-tiap,masing-masing, setiap, siapa pun juga, atau apa pun juga.
Contoh : setiap sarjana lulusan IKIP adalah pendidik
5. Proposisi partikular (particular proposition)
Yaitu proposisi kategorik yang menggunakan pembilang (quantifier) yang bersifat khusus. Baik untuk proposisi partikular positif maupun partikular negatif,kata pembilang yang biasa digunakan ialah beberapa dan sebagian.
Contoh : sebagian manusia tidaklah bodoh
Inferensi dan Implikasi
Pengertian inferensi
Inferensi adalah suatu proses penarikan konklusi dari satu atau lebih proposisi. Ada dua cara yang bisa ditempuh dalam inferensi yaitu inferensi induktif dan inferensi deduktif.
Inferensi deduktif terdiri atas inferensi langsung dan inferensi tidak langsung (inferensi silogistik). Inferensi langsung adalah penarikan konklusi hanya dari sebuah premis. Ada jenis lima penalaran langsung yaitu :inversi,konversi,obvesrsi,kontraposisi,dan oposisi.
Inversi adalah penalaran langsung dengan cara dengan menegasikan subjek proposisi premis dan menegasikan atau tidak menegasikan baik subjek maupun predikat proposisi premis, maka inversi itu disebut inversi lengkap. Inversi dilakukan dengan menegasikan subjek proposisi premis, sedangkan predikatnya tidak dinegasikan, maka inversi itu disebut inversi sebagian.
Pengertian implikasi
Implikasi dapat merujuk kepada:
Dalam manajemen:
· Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan formulasi kebijakan
· Implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan
Dalam logika:
· Implikasi logis dalam logika matematika
· Kondisional material dalam falsafah logika
Jadi definis implikasi dalam bahasa indonesia adalah keterlibtan atau keadaan terlibat
Contoh : implikasi manusi sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentinganya.
Wujud Evidensi
Pengertian Wujud EvidensiYaitu Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal dengan pernyataan dan penegasan. Pernyataan tidak berpengaruh apa-apa pada evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara nyata.
Cara Menguji Data
Data dan informasi yang di gunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap di gunakan sebagai evidensi. Di bawah ini beberapa cara yang dapat di gunakan untuk pengujian tersebut.
1.Observasi
2.Kesaksian
3.Autoritas
Cara Menguji Fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang diperoleh adalah fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut ada dua tingkat. Yang pertama untuk meyakinkan bahwa semua bahan data tersebut adalah fakta. Yang kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Cara menguji fakta ada dua yaitu :1. Konsistensi 2. Koherensi
Cara Menguji Otoritas
Metode ini digunakan untuk menguasai ilmu pengetahuan jika metode pengalaman tidak dapat digunakan secara efektif. Cara lain dengan bertanya atau menggunakan pengalaman orang lain. Seorang mahasiswa tidak perlu pergi ke bulan untuk mengetahuitentang keadaan dan situasi bulan. Mereka dapat bertanya pada dosennya atau orang yangmempunyai pengalaman dalam bidangnya.
1- Berdasarkan e-learning gunadarma
Penalaran adalah bentuk tertinggi dari pemikiran. Secara sederhana penalaran dapat diartikansebagai proses pengambilan kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi yang mendahuluinya.
2. Berdasarkan Wikipedia
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
3. Berdasarkan Kamus Besar Indonesia
a. Cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan pemikiran. Contoh : kepercayaan takhayul serta – yang tidak logis haruslah dikikis habis
b. Hal yang mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman
c. Proses mental dengan mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip
Pengertian Penalaran Menurut Para Ahli:
1. Bakry (1986:1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.
2. Suriasumantri (2001:42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.
3. Keraf (1985:5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-fakta atau data yang sistematik menuju suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis.
Proposisi
Pengertian Proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh dan utuh. Proposisi logika terdapat tiga bagian utama yaitu subjek,predikat,kopula. Kopula ialah kata yang menghubungkan subjek dan predikat. Proposisi mempunyai pembilang yang mengacu pada kuantitas subjek.
Contohnya : “semua manusia adalah sama”
Semua : pembilang
Manusia : subjek
Adalah : kopula
Sama : predikat
Jenis-jenis proposisi
Jenis-jenis proposisi dapat dibedakan atas berbagai jenis berdasarkan materi, kualitas, kuantitas, komposisi, bentuk, kebenaran isi dan sebagainya.
Namun disini hanya memberi contoh beberapa jenis proposisi :
1. Proposisi Kategorik ( categorical proposition)
Yaitu proposisi yang terdiri atas subjek dan predikat. Dalam proposisi kategorik ini , predikat mengarfimasi atau menegasi subjek.
Contoh : Palto adalah seorang filsuf
2. Proposisi Arfimatif ( arffimative proposition)
Yaitu proposisi kategorik yang mengarfimasi atau mengiakan adanya hubungan antara subjek dan predikat, dan dalam hal ini subjek menjadi bagian dari predikat.
Contoh : Semua manusia adalah hewan yang berakal budi
3. Proposisi Negatif ( negative proposition)
Yaitu proposisi kategorik yang menegasi atau mengingkari adanya hubungan antar subjek dan predikat.
Contoh : sebagian manusia tidaklah bijaksana
4. Proposisi universal ( universal proposition )
Yaitu proposisi kategorik yang menggunakan pembilang(quantifier) yang bersifat universal. Untuk proposisi universal arifmatif kata pembilang yang biasa digunakan ialah semua,tiap-tiap,masing-masing, setiap, siapa pun juga, atau apa pun juga.
Contoh : setiap sarjana lulusan IKIP adalah pendidik
5. Proposisi partikular (particular proposition)
Yaitu proposisi kategorik yang menggunakan pembilang (quantifier) yang bersifat khusus. Baik untuk proposisi partikular positif maupun partikular negatif,kata pembilang yang biasa digunakan ialah beberapa dan sebagian.
Contoh : sebagian manusia tidaklah bodoh
Inferensi dan Implikasi
Pengertian inferensi
Inferensi adalah suatu proses penarikan konklusi dari satu atau lebih proposisi. Ada dua cara yang bisa ditempuh dalam inferensi yaitu inferensi induktif dan inferensi deduktif.
Inferensi deduktif terdiri atas inferensi langsung dan inferensi tidak langsung (inferensi silogistik). Inferensi langsung adalah penarikan konklusi hanya dari sebuah premis. Ada jenis lima penalaran langsung yaitu :inversi,konversi,obvesrsi,kontraposisi,dan oposisi.
Inversi adalah penalaran langsung dengan cara dengan menegasikan subjek proposisi premis dan menegasikan atau tidak menegasikan baik subjek maupun predikat proposisi premis, maka inversi itu disebut inversi lengkap. Inversi dilakukan dengan menegasikan subjek proposisi premis, sedangkan predikatnya tidak dinegasikan, maka inversi itu disebut inversi sebagian.
Pengertian implikasi
Implikasi dapat merujuk kepada:
Dalam manajemen:
· Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan formulasi kebijakan
· Implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan
Dalam logika:
· Implikasi logis dalam logika matematika
· Kondisional material dalam falsafah logika
Jadi definis implikasi dalam bahasa indonesia adalah keterlibtan atau keadaan terlibat
Contoh : implikasi manusi sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentinganya.
Wujud Evidensi
Pengertian Wujud EvidensiYaitu Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal dengan pernyataan dan penegasan. Pernyataan tidak berpengaruh apa-apa pada evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara nyata.
Cara Menguji Data
Data dan informasi yang di gunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap di gunakan sebagai evidensi. Di bawah ini beberapa cara yang dapat di gunakan untuk pengujian tersebut.
1.Observasi
2.Kesaksian
3.Autoritas
Cara Menguji Fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang diperoleh adalah fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut ada dua tingkat. Yang pertama untuk meyakinkan bahwa semua bahan data tersebut adalah fakta. Yang kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Cara menguji fakta ada dua yaitu :1. Konsistensi 2. Koherensi
Cara Menguji Otoritas
Metode ini digunakan untuk menguasai ilmu pengetahuan jika metode pengalaman tidak dapat digunakan secara efektif. Cara lain dengan bertanya atau menggunakan pengalaman orang lain. Seorang mahasiswa tidak perlu pergi ke bulan untuk mengetahuitentang keadaan dan situasi bulan. Mereka dapat bertanya pada dosennya atau orang yangmempunyai pengalaman dalam bidangnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)